Eks Menko Perekonomian: Iklim Demokrasi Indonesia Sudah Bagus
Menjelang Pilpres 2024, proses politik terasa lebih intens. Eks Menteri Koordinator Perekonomian, Prof Ginandjar Kartasasmita, menuturkan penyebabnya
Penulis: Ilham Rian Pratama
Editor: Arif Tio Buqi Abdulah
"Prestasinya tidak ada yang bisa meragukan. Objektif sajalah kita," tegasnya.
Soal isu-isu pribadi yang belakangan menerpa Airlangga, Ginandjar menyebut, hal itu hanya gosip. Lagipula, bukan itu faktor yang menentukan waktu publik memilih.
"Lihat saja contoh pemimpin kita di masa lalu maupun di negara lain. Yang penting buat pemilih adalah kepada siapa rakyat mempercayakan nasib dan masa depannya," beber Ginandjar.
Baca juga: Respons Golkar Sikapi Elektabilitas Airlangga Menurut Survei PRC: 2 Tahun Masih Panjang
Golkar sendiri dipastikan solid mengusung Airlangga. Dikatakan Ginandjar, Golkar sebagai partai punya sejarah panjang. Juga, tradisi dan doktrin kekaryaan yang tertanam kuat.
Sejak reformasi Pimpinan Golkar selalu dipilih secara demokratis. Yang membedakannya dengan partai-partai besar lainnya, Golkar tidak ada "pemiliknya".
Tidak ada seseorang atau keluarga memiliki hak lebih dari yang lain. Golkar dikenal sebagai partai kader.
"Saya rasa karakter itu saja yang harus tetap dipertahankan, soal elektoral bisa turun naik, itu biasa. Yang penting identitas itu dijaga dan tetap setia pada cita-cita yang melahirkan Golkar," urainya.
Ginandjar berpendapat sudah tepat jika partai beringin mengajukan capres sendiri.
Sebab, Golkar adalah salah satu partai tertua dan punya pendukung yang solid.
Sesudah reformasi pada pemilu-pemilu yang lalu, pendukung die hard Golkar sekitar 14-15 persen. Ini yang ingin ditingkatkan di pemilu yang akan datang.
"Untuk itu Golkar harus punya Capres, selain memang dirasa sudah saatnya Golkar memimpin kembali pemerintahan untuk memandu pembangunan yang ingin diakselerasi," katanya. (*)
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.