Gubernur Lemhannas Sebut Swasta Perlu Dilibatkan untuk Penguatan SDM Pascapademi
Kian membaiknya kondisi penanganan covid-19, Agus menilai, Indonesia perlu menguatkan aspek sumber daya manusia (SDM) menuju masa endemik.
Penulis: Fransiskus Adhiyuda Prasetia
Editor: Theresia Felisiani
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Gubernur Lemhannas RI Letjen (Purn) Agus Widjojo menyebut, Indonesia menjadi negara teratas dalam kemampuannya menangani pandemi.
Kian membaiknya kondisi ini, Agus menilai, Indonesia perlu menguatkan aspek sumber daya manusia (SDM) menuju masa endemik.
Akibat pandemi, revolusi teknologi, keahlian dan perubahan budaya, demografi dan iklim sangat diperlukan.
Teknologi seperti artificial intelligence, digitalisasi, otomasi, robotika, dan big data meningkatkan produktivitas dan menjadi kunci daya saing.
Baca juga: Lemhannas RI: Korupsi Penghambat Terbesar Pembangunan Nasional
Hal itu disampaikan Agus Widjojo dalam konferensi pers Peryataan Akhir Tahun 2021 Lemhanas RI di Gedung Astagatra Lemhanas RI, Jumat (31/12/2021).
“Hal ini harus diikuti oleh revolusi keahlian agar tidak terjadi mismatch,” kata Agus Widojo.
Agus menyebutkan, pandangan baru mengubah model produksi, cara bekerja, menghasilkan kesempatan kerja dengan keahlian baru, persaingan lebih ketat dan akses yang lebih luas.
Untuk itulah perlu dilakukan penguatan di bidang SDM menuju masa endemik.
Pendidikan dan pelatihan secara sinergitis dan berfokus membangun kompetensi serta berorientasi pada kebutuhan dunia kerja agar efektif dan efisien.
“Caranya melibatkan sektor swasta terbatas dalam mendukung reformasi pendidikan dan pelatihan,” kata Gubernur.
Baca juga: Lemhanas Kembali Gelar FGD Kedua Jelang Seminar Nasional PPRA LXII, Ini Hasil-hasilnya
Penguatan sistem informasi pasar kerja (SIPK) tersebut tertuang dalam RPJMN 2020-2024 menjadi bagian dari major project prioritas yaitu reformasi pendidikan dan keterampilan.
Saat ini Indonesia belum memiliki informasi pasar kerja yang detail, akurat, komprehensif, dinamis dan fleksibel atas berbagai sinyal di pasar kerja.
Selain itu belum adanya rencana secara terstruktur berbasis kebutuhan karena masih mengandalkan anakisis mikro di institusi penyelenggara.
Selain masalah SDM menuju masa endemik.
Baca juga: 7.968 Kecelakaan di Jakarta dan Sekitarnya, Transjakarta Transportasi Umum Paling Banyak Insiden
Baca juga: Viral Petugas Damkar Minta Tolong Jokowi Usut Korupsi, Kini Kejari Depok Tetapkan 2 Tersangka
Agus juga menyoroti menurunnya kemampuan dunia usaha dalam menyerap angkatan kerja, terutama yang memiliki latar belakang pendidikan tinggi.
“Pandemi berisiko menambah panjang durasi tunggu angkatan kerja baru untuk memperoleh pekerjaan, bahkan bagi lulusan perguruan tinggi,” lanjut Agus.
Sebaliknya, tenaga kerja muda dengan pendidikan lebih rendah, yaitu SMP sederajat berpeluang berpeluang lebih besar mendapatkan pekerjaan disbanding lulusan perguruan tinggi.
Hal ini pengaruh dari kemampuan perusahaan untuk memberikan upah yang sesuai.