Prediksi Epidemiolog Gelombang Ketiga Covid-19 Terjadi Februari-Maret, Bisa 5.000 Kasus per Hari
Epidemiolog memprediksi gelombang ketiga Covid-19 terjadi Februari-Maret, bisa sampai 5.000 kasus per hari.
Penulis: Inza Maliana
Editor: Tiara Shelavie
Ia menuturkan, imunitas yang telah terbentuk di masyarakat entah dikarenakan terpapar virus atau vaksinasi, membuat varian Omicron akan menyebar di antara orang-orang dengan imunitas tersebut, dan tidak menimbulkan gejala serius.
"Bahkan mungkin 90 persen tidak bergejala, di tengah terbatasnya daya deteksi kita, kasusnya bisa banyak sekali."
"Terbukti saat ini di Amerika, Eropa, Australia, kasus-kasus memecahkan rekor," jelas dia.
Dicky juga menyebut, seluruh wilayah di Indonesia yang mempunyai akses internasional, penerbangan domestik, jalur transportasi darat dan laut, berisiko menjadi klaster baru infeksi Omicron.
"Potensi sebetulnya pada gilirannya semua akan terkena, itu menjadi masalah waktu," ujar dia.
Sehingga, tidak tertutup kemungkinan adanya varian baru Covid-19 setelah Omicron yang menyebabkan lonjakan kasus di berbagai negara.
"Kalau bicara ancaman, Omicron bukan memperlihatkan sebagai varian yang terakhir, masih ada potensi varian lain di 2022 ini," tuturnya.
Baca juga: Kasus Baru Omicron Bertambah Meski Banyak yang Sembuh, Jokowi Wanti-wanti Tahan Diri Keluar Negeri
Baca juga: UPDATE Kasus Omicron di Indonesia: Tambah 75 Positif, Total 414 Orang
Ancaman gelombang ketiga Covid-19 di Jakarta
Di sisi lain, Epidemiolog Universitas Indonesia Tri Yunis Miko Wahyono mengatakan, Jakarta berpotensi menghadapi gelombang ketiga Covid-19.
Terlebih dengan kasus penularan virus corona varian Omicron di tengah masyarakat.
Epidemiolog yang akrab disapa Miko ini menyampaikan, dengan melihat lonjakan kasus yang terjadi saat ini, bukan tidak mungkin gelombang ketiga Covid-19 akan terjadi di awal tahun 2022.
Keberadaan Omicron, katanya, mempercepat kemungkinan timbulnya gelombang ketiga tersebut.
"Tanpa Omicron pun ada (potensi gelombang ketiga), apalagi dengan Omicron," tutur Miko, Senin (10/1/2022), dikutip dari Kompas.com.
5000 kasus per hari