Keberadaan Buzzer Bikin Polarisasi di Masyarakat Kian Besar, Mahasiswa Harus Jadi Penyeimbang
Bahkan, menurut Pebri, kehadiran para buzzer itu memperuncing masalah yang, bukan menjernihkan ataupun menyelesaikan masalah.
Penulis: Glery Lazuardi
Editor: Malvyandie Haryadi
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Mahasiswa diharapkan dapat lebih berperan dalam isu-isu sosial kemasyarakatan dan menjadi penyeimbang yang menjernihkan suasana, khususnya menjelang Pemilu 2024.
Pebri Nurhayati. pejabat eksekutif mahasiswa UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, mengungkapkan, saat ini telah bermunculan pasukan dunia maya alias cyber army atau biasa dikenal buzzer ataupun pendengung.
“Saat ini banyak bermunculan cyber army ataupun biasa disebut buzzer-buzzer. Mereka memang tidak terlihat, tapi gerakannya sangat massif dan membahayakan,” ungkapnya dalam webinar nasional Teras Kampus bertema ‘Outlook Indonesia 2022: Peran Mahasiswa dalam Mewujudkan Demokrasi yang Bermartabat’ Pandawa Nusantara di Jakarta, Kamis (20/1/2022).
Baca juga: Berapa Gaji Buzzer di Indonesia dan Bagaimana Sistem Kerja Mereka? Simak Ulasannya Berikut Ini
Pebri menilai, kemunculan cyber army atau buzzer tersebut justru membuat polarisasi yang terbentuk sejak Pilpres dan Pilkada sebelumnya menjadi semakin besar.
Bahkan, menurut Pebri, kehadiran para buzzer itu memperuncing masalah yang, bukan menjernihkan ataupun menyelesaikan masalah.
“Terjadi polarisasi di masyarakat setelah gelaran pemilu dan pilkada sebelumnya. Banyak gerakan-gerakan ataupun narasi di media sosial yang justru melanggengkan polarisasi tersebut,” ujarnya.
Untuk itu, Pebri mengatakan, sebagai Agent of Change atau Agen Perubahan, mahasiswa harus bisa menjadi penyeimbang ataupun mengambil peran yang dapat menjernihkan permasalahan yang ada.
“Karena secara tidak sadar, kita, mahasiswa juga terkadang malah terjerumus dan menjadi bagian atau terperangkap dalam isu-isu yang dimainkan buzzer tersebut,” katanya.