BMKG Catat Sudah Terjadi 726 Kali Gempa Bumi Selama Januari 2022
Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) mencatat telah terjadi 726 kali gempa selama bulan Januari 2022 ini.
Penulis: Larasati Dyah Utami
Editor: Johnson Simanjuntak
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA – Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) mencatat telah terjadi 726 kali gempa selama bulan Januari 2022 ini.
Daryono, Koordinator Bidang Mitigasi Gempa Bumi dan Tsunami BMKG dalam talkshow sebuah radio, Sabtu (22/1/2022) mengungkapkan adanya kenaikan yang signifikan.
Berdasarkan data BMKG sejak tanggal 1 Januari - 20 Januari kemarin sudah ada 726 kali gempa.
“Kalau kita melihat data sebelumnya rata-rata gempa kita sebulan kan 500 kali, nah ini baru setengah bulan sudah 726 kali. Artinya ada peningkatan signifikan gempa kita dari rata-rata setiap bulannya,” kata Daryono.
Daryono juga mengungkapkan adanya peningkatan intensitas gempa di Pulau Jawa, yang mencapai 11 kali dalam periode Januari ini dan satu kali gempa yang destruktif yang terjadi di Banten kemarin.
“Memang cukup aktif akhir-akhir ini,” ujarnya.
Namun Daryono menjelaskan peningkatan intensitas gempa tidak bisa juga diartikan akan terjadi gempa yang lebih besar, karena penyebaran gempa yang masih acak.
Baca juga: Gempa Magnitudo 6,1 Guncang Melonguane Sulut, BMKG Ungkap Kemungkinan Adanya Kerusakan
Untuk kemungkinan terjadinya gempa megathrust yang berkekuatan di atas magnitude 8, menurut Daryono biasanya jika terjadi gempa pembuka (core shock) yang diikuti gempa-gempa lain yang lebih kecil dan berada dalam satu klaster wilayah.
“Ini gempa di Banten saja sudah meluruh, sudah stabil. Karakteristik gempa-gempa di atas 8 itu kita menyebutnya ada aktivitas repeating earthquake yang berskala 5 atau 4 atau 3 secara terus menerus di sebuah kawasan. Ini sebenarnya sebuah proses untuk terjadi sebuah rekahan yang besar,” ungkapnya.
Meskipun begitu, ia meminta masyarakat untuk tetap waspada.
Pasalnya Indonesia terletak diantara lempeng pertemuan lempeng bumi yang cukup aktif, yakni antara lempeng Australia, lempeng Eurasia dan lempeng pasifik.
“Kita memberikan pemahaman pada masyarakat bahwa proses alam yang membahayakan itu ada, tapi kita juga harus mengajari juga cara selamatnya. Bagaimana cara masyarakat memahami warning, memahami ciri-ciri alamiah, misalnya kalau ada gempa kuat kita harus segera menjauh pantai. Edukasinya kita ajarkan terus untuk disampaikan kepada masyarakat,” ujarnya.