Sosok KH Imam Jazuli, Kiai Pencetus Gerakan Ngaku NU Wajib Ber-PKB
Seorang alim ulama yakni KH Imam Jazuli, belakangan ini mengungkapkan fakta baru terkait NU dan PKB dengan mencetuskan gerakan Ngaku NU Wajib ber-PKB
Penulis: Facundo Chrysnha Pradipha
Editor: Sri Juliati
Alumni Universiti Kebangsaan Malaysia, Dept. Politic and Strategy;
Alumni Universiti Malaya, Dept. International Strategic and Defence Studies;
Riwayat Karier
Pengasuh Pondok Pesantren Bina Insan Mulia, Cirebon;
Wakil Ketua Pimpinan Pusat Rabithah Ma’ahid Islamiyah (Asosiasi Pondok Pesantren se-Indonesia);
Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) Periode 2010-2015.
Tribunnews.com sebelumnya memberitakan, setelah berakhirnya Muktamar NU yang memilih KH. Yahya Cholil Staquf sebagai ketua umum PBNU, hubungan antara PBNU dengan PKB akhir-akhir sedang hangat. PKB di bawah kepemimpinan Muhaimin Iskandar tampaknya tak semesra dengan PBNU ketika dipimpin KH. Said Aqil Siradj.
Beberapa kejadian seperti dipanggilnya pengurus NU Banyuwangi dan Sidoarjo oleh PBNU dan mendapatkan arahan Gus Yahya tentang sikap NU di politik praktis serta tidak hadirnya Muhaimin Iskandar di acara pelantikan PBNU di Kalimantan Timur menjadi indikator hubungan PKB dan NU hari-hari ini sedang hangat.
Beberapa pengamat berpendapat menghangatnya situasi antara lembaga Ormas dan Partai ini disinyalir karena kurang diakomodirnya beberapa kader PKB dalam susunan kepengurusan PBNU yang dipimpin Gus Yahya.
Melihat situasi ini, Kiai Imam Jazuli, Pengasuh Pesantren Bina Insan Mulia, Cirebon, setelah bertemu dengan fungsionaris PKB mengungkapkan pandangannya tentang relasi hubungan antara NU dan PKB.
“Dua hari lalu Ketua Fraksi PKB DPR RI, (saya memanggilnya) Kang Cucun bersilaturahim ke pesantren kami, ini adalah silaturahim kali kedua beliau setelah sebelumnya kesini dengan ketum PKB cak Imin, obrolan berlangsung hingga malam,” kata Kiai Imam, Rabu (2/2/2022).
Baca juga: MoU PBNU dengan KKP untuk Akses Permodalan dan Pasar Kampung Nelayan Binaan
Kiai Imam dalam kapasitasnya yang bukan pengurus PKB, bukan pula Pengurus NU, namun sebagai NU Kultural menyatakan kecintaannya terhadap NU yang kaafah alias total. Menurut Kiai Imam harus diakui dengan jelas bahwa PKB lahir dari rahim NU dan sebagai alat Politik NU.
“Jadi kalo mengaku cinta NU ya otomatis 'wajib' cinta PKB, ngaku NU tapi tidak ber-PKB, ya dipertanyakan ke NU annya, paling tidak seperti emas cuma 15 Karat,” kata Kiai Imam.
Alumni Pesantren Lirboyo ini lalu menceritakan kisah ayahanda “Dulu kyai Sanusi Gunung Puyuh Sukabumi itu secara ubudiah ( prilaku ibadah) ala NU total, tetapi secara politik tidak mau memilih NU tapi memilih Masyumi, maka lahirlah ormas PUI (Persatuan Umat Islam) yang didirikan bersama Kiai Abdul halim Majalengka. Jadi PUI itu bukan NU, karena belum kaffah dalam ber NU-nya,” katanya.
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.