Soal Indikasi Rem Blong Pada Kecelakaan Bus di Imogiri, Ini Kata Pakar UGM
Bus Pariwisata GA Trans mengalami kecelakaan di Jalan Imogiri-Mangunan, dalam kasus kecelakaan ini terdapat indikasi adanya rem blong.
Penulis: Milani Resti Dilanggi
Editor: Daryono
TRIBUNNEWS.COM - Bus Pariwisata GA Trans mengalami kecelakaan di Jalan Imogiri-Mangunan, tepatnya bawah Bukit Bego, Imogiri, Bantul, Yogyakarta, Minggu (6/2/2022).
Kasus kecelakaan ini diduga karena rem blong.
Seperti diwartakan Tribunnews.com sebelumnya, dugaan ini muncul usai pihak kepolisian meminta keterangan pada saksi penumpang dalam bus.
Berdasarkan keterangan saksi, supir hanya memainkan perseneling gigi saat bus melaju turun karena diduga rem alami kerusakan.
"Pada saat turunan, kendaraan laju turun dan tiba-tiba oleng, dari keterangan saksi setelah diperiksa yang ada di bus tersebut, terlihat supir panik sambil memainkan perseneling giginya."
"Sehingga ada indikasi pengeremannya tidak berfungsi atau remnya blong, sehingga hanya memainkan perseling gigi saat kendaraan turun ke bawah."
"Ini lah yang menyebabkan kendaraan menabrak tebing sehingga menyebab kendaraan depan ringsek termasuk samping," kata Kapolres Bantul AKPB Ishsan dalam konferensi pers yang disiarkan YouTube Kompas TV, Minggu (6/2/2022).
Baca juga: Darah Bercucuran Tak Halangi Danarto Korban Selamat Laka Bus di Imogiri Cari Istri, Anak dan Mertua
Baca juga: Daftar 13 Korban Meninggal Dunia Kecelakaan Maut Bus Pariwisata di Imogiri Bantul
Bus tersebut menabrak dinding tebing menyebabkan kondisi ringsek.
Dalam kejadian tersebut terdata 13 orang meninggal dunia, dan 34 orang mengalami luka-luka.
Bus asal Sukoharjo, Jawa Tengah ini membawa rombongan wisata dari Breksi, Sleman, dilanjutkan ke Hutan Pinus, dan akan menuju ke Pantai Parangtritis dari sejumlah lokasi wisata di Bantul.
Melihat kejadian nahas tersebut, Dosen Teknik Mesin Universitas Gadjah Mada (UGM), Dr Ir Jayan Sentanuhady ST MEng IPU AseanEng menjelaskan penyebab rem tidak efektif atau blong.
“Faktor penyebabnya secara umum itu ada dua, yang pertama rem kehilangan tekanan hidrolis akibat kebocoran minyak. Ini bisa juga disebabkan oleh kualitas minyak rem yang buruk,” ujarnya Jayan dikutip dari TribunJogja.com ketika dihubungi, Senin (7/2/2022).
Dia membeberkan, kualitas minyak rem buruk lantaran minyak rem tidak memiliki ketahanan kompresibilitas yang baik.
Minyak rem harus memiliki sifat sulit untuk dimampatkan agar rem dapat bekerja dengan baik.
Hal ini membuat minyak rem harus memiliki kompresibilitas rendah dan selalu stabil pada temperatur dan tekanan yang bervariasi.
Pada faktor pertama ini, bisa saja minyak rem yang digunakan salah tipe sehingga menyebabkan kebocoran pada hose atau seal.
Maintenance kendaraan juga dinilai kurang bagus.
Baca juga: Daftar 13 Korban Meninggal Dunia Kecelakaan Maut Bus Pariwisata di Imogiri Bantul
Baca juga: Fakta-fakta Kecelakaan Maut Bus Pariwisata di Imogiri Bantul, 13 Orang Meninggal Dunia
Faktor kedua, kata dia, adalah hilangnya friksi di kampas rem akibat overheat atau terlalu panas.
Penyebab kampas rem menjadi terlalu panas tidak lain karena terlalu sering digunakan.
Misalnya, saat kondisi macet berjam-jam saat tanjakan atau turunan, pengemudi cenderung menggunakan rem kaki daripada rem tangan.
Situasi diam atau berhenti-jalan membuat kerja rem semakin berat, apalagi bila ditambah beban angkut yang besar.
“Peningkatan suhu itu menyebabkan hilangnya friksi atau gesekan. Sehingga, rem bisa blong,” paparnya.
Jayan juga memberikan penjelasan terkait maintenance bagi kendaraan-kendaraan besar.
Jayan menjelaskan, pengemudi atau orang yang mengurus kendaraan tersebut harus menggunakan minyak rem sesuai dengan rekomendasi dari pabrik.
“Maintenance secara berkala, bagian-bagiannya diganti secara rutin. Sesuaikan beban maksimal dengan rekomendasi pabrikan,” terangnya.
Selanjutnya, apabila sopir harus mengerem secara kontinyu, maka sopir harus mengerem dengan menggunakan engine brake.
“Mengemudi pelan-pelan saja, terutama saat beban berat,” kata Jayan.
Dijelaskannya, engine brake merupakan merupakan teknik memperlambat kecepatan mobil dengan cara mengandalkan putaran mesin ketika transmisi diturunkan ke gigi yang lebih rendah.
Trik ini berguna untuk meringankan kerja rem mobil yang kewalahan dalam memperlambat laju mobil.
Lebih lanjut, hingga berita ini ditayangkan belum ada keterangan resmi dari pihak kepolisian terkait penyebab pasti dari kecelakaan tersebut.
Seperti diwartakan sebelumnya oleh Tribunnews.com, Dirlantas Polda DI Yogyakarta, Kombes Iwan Saktiadi mengatakan, untuk langkah awal pihaknya melakukan olah TKP guna mengumpulkan sebanyak mungkin bukti dan fakta yang ada di lapangan.
Pihaknya belum bisa menyimpulkan penyebab kecelakaan maut tersebut.
"Ada empat faktor yang mengiringi, mempengaruhi atau menyebabkan kecelakaan, bisa faktor manusia, faktor kendaraan, faktor lingkungan atau faktor jalan."
"Nah kita belum bisa menentukan faktor yang mana penyebab kecelakaan ini," ujar Iwan.
Iwan juga menjelaskan belum bisa menyampaikan terkait proses hukum kasus kecelakaan bus lantaran masih mengumpulkan bukti-bukti.
(Tribunnews.com/MilaniResti/Shella Latifa A) (TribunJogja.com/ArdhikeIndah)