Prabowo Subianto Beli 6 Pesawat Tempur Tuai Kritikan Sejumlah Pihak, Dinilai Pemborosan
Menhan Prabowo Subianto membeli enam pesawat tempur asal Prancis. Pembelian ini menuai kritikan dari sejumlah pihak lantaran dinilai pemborosan.
Penulis: Yohanes Liestyo Poerwoto
Editor: Pravitri Retno W
“Kita tidak ingin ada tragedi kapal selam Nanggala terulang, lalu Pesawat Hercules jatuh lagi, tetapi anggarannya harus terukur sesuai prioritas penanganan pandemi dan pemulihan ekonomi,” tambahnya.
DPR: Jangan Sampai Terjerembab Utang Besar
Sorotan soal pembelian pesawat tempur ini juga dikemukakan oleh anggota Komisi I DPR RI, Dave Laksono.
Dikutip dari Kompas TV, Dave mengingatkan agar Indonesia jangan sampai berkubang dalam utang yang besar akibat pembelian pesawat tempur asal Prancis tersebut.
Menurutnya, dalam pembelian jet ini juga harus diperhatikan kemampuan ekonomi Indonesia dan bukan malah menyulitkan ekonomi nasional.
“Jangan sampai hanya untuk sekadar melakukan pembelian pesawat tempur, kita akan semakin terjerembab dengan utang yang besar,” ujar Dave pada Kamis (10/2/2022).
Selain itu, ia juga mengingatkan, pembelian pesawat tempur harus diikuti dengan perencanaan biaya lain seperti pengoperasian dan perawatan pesawat.
Ditambah juga, menurut Dave, diperlukannya anggaran untuk mengembangkan sumber daya manusia yang dapat mengoperasikannya.
Apalagi, kata Dave, pesawat tempur buatan Prancis ini memiliki perbedaan dengan pesawat tempur milik Indonesia.
“Pesawat ini berbeda dari yang pernah kita miliki sehingga semuanya mulai dari ground support-nya, pilot training-nya, semuanya itu harus melakukan pengadaan-pengadaan yang baru,” kata Dave.
Dave juga mengatakan soal pembelian pesawat ini tidak ada detail informasi mengenai kapan akan membeli, berapa harganya, dan bagaimana sistem pembayarannya.
“Juga kegunaaannya tentang hal-hal yang detail, tentang fungsi pesawat tempur tersebut,” katanya.
Namun, Dave juga berharap pembelian pesawat tempur ini memang untuk kepentingan dirgantara Indonesia.
“Mengingat ancaman dalam dan luar negeri itu selalu ada. Akan tetapi, kemampuan ekonomi kita harus ditentukan dengan baik,” pungkas Dave.
(Tribunnews.com/Yohanes Liestyo Poerwoto/Fransiskus Adhiyuda Prasetia)(Kompas TV/Vidi Batlolone)(Kontan.co.id/Vendy Yhulia Susanto)