Keseimbangan Kekuatan di ASEAN Berubah Jika RI Punya Rafale & F-15, Malaysia Semakin Ketinggalan
Apa pun itu, jika pembelian Rafale dan F-15 terwujud, keseimbangan kekuatan di ASEAN dipastikan berubah.
Penulis: Malvyandie Haryadi
Termasuk ada yang menyatakan bahwa saat ini Indonesia tidak dalam situasi akan berperang, apalagi kini tengah pandemi.
Padahal jika memotret perkembangan global, kita bisa melihat kejadian penting terkait keamanan dunia terjadi justru saat pandemi.
Sebut saja perang Azerbaijan Vs Armenia dan potensi perang di perbatasan Ukraina dan Rusia.
Itu belum jika kita menambahkan sikap agresif China di Laut Natuna.
Pengamat: Tak bisa hanya lewat diplomasi
Langkah Menteri Pertahanan Prabowo Subianto menambah kekuatan pertahanan dengan memboyong 42 Jet Tempur Rafale produksi Prancis menuai apresiasi.
Kebijakan tersebut dianggap menambah daya gentar (detterent) di kawasan Asia Tenggara, terutama dalam mengawasi wilayah udara RI yang sangat luas dan menghadapi ketegangan di Laut China Selatan (LCS).
"Situasi di Natuna Utara solusinya memang dengan modernisasi senjata, tidak bisa hanya dengan diplomasi saja. Dengan menunjukkan kita punya persenjataan itu, China pasti jadi pikir-pikir untuk berurusan," ujar pengamat militer, Beni Sukadis saat dihubungi di Jakarta, Jumat (11/2/2022).
"Kita jadi semakin disegani. Apalagi, setahu saya, Pak Prabowo pesan ini berikut senjatanya karena selama ini kita tidak punya senjata," imbuh dia.
Beni menilai, kehadiran Rafale di Angkatan Udara (AU) Indonesia sudah cukup untuk mengejar ketertinggalan selama ini. Dari sisi kemampuan mesin, lanjut dia, sama-sama double engine dan punya kemampuan multiroles.
"Artinya, tidak hanya bisa difungsikan sebagai pesawat tempur saja, tapi bisa juga bomber dan memiliki kemampuan jammer dari pesawat lain. Kecanggihan perang elektroniknya sudah lengkap," ujarnya.
Baca juga: Jika Terwujud, Rafale dan F-15 Bakal Jadi Kekuatan Mematikan Indonesia Hadapi Ancaman dari Utara
Di kawasan Asia Tenggara, Indonesia tertinggal dari Singapura dalam jumlah pesawat tempur. Berdasarkan data Global Fire Power 2021, Singapura memiliki 100 pesawat tempur, sedangkan Indonesia hanya 41 unit.
Beni menambahkan, pertahanan Indonesia bakal semakin menguat seiring adanya rencana Indonesia mengakuisisi dua kapal selam (kasel) Scorpene dari Naval Group, yang juga perusahaan berbasis di Prancis.
Keputusan Indonesia memboyong alutsista asal Prancis juga dianggap tepat dalam menghadapi situasi geopolitik saat ini.