Bertemu Pimpinan ADB di Istana Bogor, Jokowi Sampaikan Kondisi Covid-19 di Indonesia
Presiden Joko Widodo (Jokowi) menerima kunjungan pimpinan Asian Development Bank (ADB) di Istana Kepresidenan Bogor, Jumat (18/2/ 2022).
Penulis: Taufik Ismail
Editor: Adi Suhendi
Laporan Wartawan Tribunnews Taufik Ismail
TRIBUNNEWS. COM, JAKARTA - Presiden Joko Widodo (Jokowi) menerima kunjungan pimpinan Asian Development Bank (ADB) di Istana Kepresidenan Bogor, Jumat (18/2/ 2022).
Para pimpinan ADB tersebut yaitu Masatsugu Asakawa selaku President Asian Development Bank, Arif Baharudin selaku Excutive Director Representing Indonesia, dan Jiro Tominaga selaku Country Director, ADB Indonesia Resident Mission.
Dalam pertemuan tersebut, Presiden Jokowi didampingi oleh Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional (PPN)/Kepala Bappenas Suharso Monoarfa, Menteri Sekretaris Negara Pratikno, dan Wakil Menteri Keuangan Suahasil Nazara. Pembicaraan membahas sejumlah hal seperti penanganan pandemi Covid-19 hingga dukungan ADB terhadap transisi energi di Indonesia.
"Pertama Bapak Presiden menyampaikan perkembangan terkini terkait dengan Covid di Indonesia dan bahwa Indonesia adalah negara keempat sekarang di dunia yang sukses melakukan vaksinasi dan sudah mencapai di atas 330-an juta yang divaksinasi. Padahal kita adalah negara yang tidak memproduksi vaksin," kata Suharso dalam keterangannya dikutip dari Sekretariat Presiden.
Baca juga: Presiden Jokowi Apresiasi Capaian Vaksinasi di Provinsi Jawa Tengah
Selain itu, Presiden Jokowi juga menjelaskan mengenai kinerja ekonomi Indonesia yang pada kuartal IV pada tahun 2021 sudah berada di atas 5 persen.
Pihak ADB pun memuji pertumbuhan ekonomi Indonesia sepanjang tahun 2021.
"Meskipun full year pada tahun lalu (pertumbuhan ekonomi) 3,7 persen tapi itu sudah bagus dan dipuji oleh ADB bahwa pertumbuhan ekonomi Indonesia termasuk yang amazing kata beliau," imbuh Suharso.
Lebih lanjut, Presiden Jokowi juga menjelaskan mengenai hilirisasi industri yang sedang dilakukan pemerintah Indonesia.
Menurut Suharso, Presiden yakin jika hilirisasi industri akan bisa memberikan nilai tambah ekspor sekaligus memperbaiki neraca transaksi berjalan Indonesia.
Baca juga: Anies Divonis Wajib Keruk Kali Mampang, Normalisasi Sungai Zaman Jokowi dan Ahok Bakal Dilanjutkan?
"Tadi Bapak Presiden menyampaikan bahwa yang kita bisa peroleh bisa 1 berbanding 20, dari USD1,1 (miliar) menjadi USD20,1 miliar hanya karena satu aturan bagaimana kita tidak mengekspor dalam bentuk bahan mentah, tetapi dalam bentuk barang-barang jadi," jelasnya.
Terakhir, pihak ADB menyatakan dukungannya terhadap pembiayaan dalam hal transisi energi serta pembiayaan-pembiayaan lainnya pada sejumlah proyek yang sedang berjalan.
"Juga pembiayaan-pembiayaan yang sedang berjalan karena ada 14 proyek hari ini dan sudah cukup lama, 55 tahun, ADB bersama Indonesia," katanya.