WNI yang Dievakuasi dari Ukraina Kini Jalani Karantina Selama 3 Hari di Jakarta
Warga Negara Indonesia (WNI) yang dievakuasi dari Ukraina oleh Kementerian Luar Negeri, telah sampai di Jakarta, Kamis (3/3/2022) malam.
Penulis: Galuh Widya Wardani
Editor: Pravitri Retno W
TRIBUNNEWS.COM - Warga Negara Indonesia (WNI) yang dievakuasi dari Ukraina oleh Kementerian Luar Negeri, telah sampai di Jakarta, Kamis (3/3/2022) malam.
Mengutip Kompas TV, Jumat (4/3/2022) sebelum diberangkatkan dari Ukraina, seluruh WNI telah melakukan tes PCR dan hasilnya negatif atau bebas dari Covid-19.
Kendati demikian, mereka tetap harus menjalani masa karantina seperti yang telah ditetapkan pemerintah, yakni selama 3 hari ke depan.
Saat tiba di Jakarta, rombongan 4 unit bus WNI ini lantas dibawa ke sejumlah lokasi karantina.
Sebanyak 58 WNI dari Ukraina menjalani karantina di Rusun Pasar Rumut.
Lainnya menjalani karantina di Hotel JS Luwansa dan Hotel Pullman, Jakarta Selatan.
Selain karantina, para WNI tersebut juga diwajibkan melakukan tes PCR di lokasi karantina.
Baca juga: Invasi Rusia Berlarut-larut dan Ukraina Tak Kunjung Tumbang, Apakah Putin Salah Perhitungan?
Baca juga: Mengenal PLTN Zaporizhzhia di Ukraina, PLTN Terbesar di Eropa dengan 6 Reaktor Nuklir
Baca juga: Joko Lelono, Pria yang Tewas Gara-Gara Senggolan Tinggalkan Seorang Putri Berusia 6 Tahun
13 WNI Belum Dievakuasi
Sebelumnya, Menteri Luar Negeri (Menlu), Retno Marsudi, mengabarkan tercatat sebanyak 13 WNI yang belum dievakuasi.
Mereka belum dievakuasi karena masih berada di utara Ukraina di Kota Karkiv dan Cernihiv, di mana tengah terjadi pertempuran.
Kendati demikian, pihak KBRI Kyiv dan Moskow telah memastikan ke-13 WNI itu dalam keadaan sehat dengan logistik yang cukup.
Baca juga: Rusia Diduga Telah Mengerahkan 90 Persen Kekuatannya yang Sempat Ditumpuk di Perbatasan Ukraina
"Masih terdapat empat WNI di Kharkiv dan sembilan WNI di Chernihiv yang berada di sebelah utara Ukraina."
"Mereka belum dapat dievakuasi mengingat pertempuran darat masih terus terjadi."
"KBRI Kyiv dan Moskow terus melakukan komunikasi dengan mereka."