Penjelasan BMKG Terkait Gempa M 4,9 di Gunungkidul Yogyakarta: Bukan Subduksi Megathrust
Kepala Bidang Mitigasi Gempa Bumi dan Tsunami BMKG, Daryono memberikan penjelasan terkait gempat terkini di Gunungkidul, Yogyakarta, Rabu (6/4/2022).
Penulis: Suci Bangun Dwi Setyaningsih
Editor: Arif Tio Buqi Abdulah
TRIBUNNEWS.COM – Kepala Bidang Mitigasi Gempa Bumi dan Tsunami BMKG, Daryono memberikan penjelasan terkait gempat terkini di Gunungkidul, Yogyakarta hari ini, Rabu (6/4/2022).
Diketahui, gempa bumi magnitudo 4,9 mengguncang wilayah Gunungkidul pagi ini, pukul 10.03 WIB.
Guncangan gempa dirasakan di Gunungkidul, Bantul, Sleman, Trenggalek dalam skala intensitas II MMI dan Pacitan II-III MMI.
Dikutip dari akun Twitter resmi BMKG, @infoBMKG, pusat gempa di Gunung Kidul di laut 24 Km Barat Daya Gunung Kidul, berada kedalaman 123 Km.
“#Gempa Mag:4.9, 06-Apr-22 10:03:36 WIB, Lok:8.21 LS, 110.57 BT (Pusat gempa berada di laut 24 Km Barat Daya Gunung Kidul), Kedlmn:123 Km Dirasakan (MMI) II Gunung Kidul, II Bantul, II Sleman, II Trenggalek, II - III Pacitan #BMKG,” tulis @infoBMKG, Rabu (6/4/2022).
Baca juga: Gempa M 4,9 Guncang Gunung Kidul, BMKG: Dirasakan di Bantul hingga Pacitan
Menanggapi hal tersebut, Daryono menjelaskan, gempa tetoknik ini bukan jenis gempa subduksi megathrust dan bukan juga gempa akibat sesar aktif kerak dangkal (shallow crustal earthquake).
“Gempa ini terjadi di Zona Benioff, yang mana pada lempeng Indo-Australia yang menunjam ke bawah Jawa tidak lagi landai tetapi sudah menukik,” ucapnya dalam keterangan yang diterima Tribunnews.com, Rabu (6/5/2022).
Slab lempeng yang tersubduksi lebih dalam ini, kata Daryono, ada bagian yang mengalami deformasi atau patah, sehingga memicu gelombang gempa.
Lebih lanjut, Daryono mengatakan, episenter gempa di Gunungkidul ini terletak pada koordinat 8,21 LS dan 110,57 BT.
Tepatnya, di laut pada jarak 24 km arah barat daya Gunungkidul dengan kedalaman 123 km.
Sehingga, gempa ini merupakan jenis gempa berkedalaman menengah berdasarkan lokasi episenter dan kedalaman hiposenternya.
Adapun hasil monitoring BMKG terhadap gempa Yogyakarta-Pacitan ini belum menunjukkan adanya aktivitas gempa susulan (aftershock).
Daryono mengungkapkan, saat ini, belum ada laporan kerusakan yang ditimbulkan akibat gempa gumi idi Gunungkidul ini.
“Patut disyukuri bahwa hingga saat ini belum ada laporan dampak kerusakan yang ditimbulkan akibat gempa tersebut, karena gempa dalam lenpeng semacam ini mampu memancarkan guncangan sangat kuat di atas rata-rata gempa sekelasnya.”