Kisah Kartini Masa Kini: Lasmina, Mampu Sekolahkan Tiga Anak Berkat Menjahit
Ia bahkan mampu menyekolahkan anak-anaknya berkat keahliannya menjahit.
Editor: Srihandriatmo Malau
"Dulu sih upah minimum regional (UMR) kecil ya. Kalau enggak salah Rp 1 juta per bulan," ucapnya.
Setelah menjahit beberapa baju, Lasmina menelpon suaminya agar melayani beberapa pengunjung lainnya.
Sebab, di sebelah Lasmina terdapat mesin jahit milik suaminya.
Sejurus kemudian, dia pun melanjutkan kisahnya.
Dia mengaku tak malu dengan pekerjaannya.
"Ngapain malu sih. Yang ada malah bangga bisa bantu suami dan anak-anak," ungkapnya.
Lasmina enggan menceritakan penghasilannya per hari.
Sebab, tiap hari pengunjungnya tidak tentu.
Kadang banyak, kadang sepi.
"Enggak nentu. Intinya kalau lagi ada jahitan ya ada. Pokonya ada saja tiap hari," ucapnya.
Kendati demikian, wanita yang mengenakan kemeja lengan panjang kuning itu mengaku dirinya tetap bersyukur meski penghasilannya terkadang kurang.
"Intinya bersyukur saja," ungkapnya.
Keberadaan para penjahit di lokasi ini tak gratis.
Sebulan sekali, mereka harus membayar uang keamanan kepada ormas.
"Ada yang bulanan minta Rp 100 ribu per hari. Ada juga yang minta per hari Rp 5 ribu," ucapnya.
Bertepatan hari Kartini ini, dia berpesan agar anak muda, khusunya perempuan harus memiliki semangat.
"Perempuan jangan pantang menyerah, selalu berusaha. Intinya ada niat dan kemauan. Jangan milih-milih pekerjaan yang penting halal," ungkapnya.(Fersianus Waku)