Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Asal Usul Tradisi Halal Bihalal dan Sungkeman saat Hari Raya Idul Fitri

Asal usul tradisi Halal Bihalal dan sungkeman di Hari Raya Idul Fitri. Sungkeman biasanya dilakukan saat lebaran, dimulai dari anak kepada orang tua.

Penulis: Yunita Rahmayanti
Editor: Pravitri Retno W
zoom-in Asal Usul Tradisi Halal Bihalal dan Sungkeman saat Hari Raya Idul Fitri
WARTA KOTA/WARTA KOTA/HENRY LOPULALAN
SALAD ID - Ribuan umat Muslim melaksanakan solat Idul Fitri di Masjid Raya Al A'zhom, Kota Tangerang, Senin (2/5/2022). --- Asal usul tradisi Halal Bihalal dan sungkeman di Hari Raya Idul Fitri. Sungkeman biasanya dilakukan saat lebaran, dimulai dari anak kepada orang tua. 

Tradisi Sungkeman

Seperti yang telah disebutkan di atas, tradisi Sungkeman dimulai sejak KGPAA Mangkunegara I yang bernama kecil Raden Mas Said atau lebih dikenal dengan Pangeran Sambernyawa.

Kegiatan sungkeman kemudian berkembang.

Sungkeman biasanya dilakukan saat lebaran dan dimulai dari orang yang lebih muda untuk meminta restu dan maaf pada orang yang lebih tua.

Secara teknis, cara sungkem lebaran dapat digambarkan dengan duduk bersimpuh atau berjongkok sambil mencium tangan orang yang lebih tua, dikutip dari laman Desa Rejuno Kabupaten Ngawi.

Istilah sungkem berasal dari bahasa Jawa yang berarti sujud atau tanda bakti.

Sungkeman adalah prosesi adat yang dilakukan oleh seseorang yang biasanya lebih muda kepada orang yang lebih tua dengan tujuan sebagai bentuk penghormatan ataupun sebagai bentuk permintaan maaf.

Berita Rekomendasi

Selain sungkeman, juga ada istilah yang disebut dengan lahir batin.

Hal ini juga sering dilakukan oleh anak-anak hingga dewasa.

Baca juga: Puasa Syawal 6 Hari, Apa Boleh Mengqada di Bulan Lain? Ini Penjelasan Menurut Para Ulama

Lahir batin dilakukan dengan cara bersama sama menuju kepada rumah tetangga atau kepada sesepuh desa.

Intinya sama yakni sebagai bentuk penghormatan, silaturahmi serta sebagai wujud untuk saling memaafkan antar sesama warga.

Tujuan sungkeman saat Idul Fitri selain untuk menghormati, juga sebagai permohonan maaf, atau “nyuwun ngapura”.

Istilah “ngapura” bisa berasal dari bahasa Arab “ghafura” yang berarti tempat pengampunan.

Makna dari tradisi sungkem lebaran yakni wujud penyesalan dan permintaan maaf dari segala perbuatan buruk yang pernah dilakukan kepada orang tua.

Sebuah hubungan antara orang yang lebih tua dengan yang lebih muda akan dapat diperbaiki dengan tradisi sungkeman.

(Tribunnews.com/Yunita Rahmayanti)

Artikel lain terkait Halal Bi Halal

Sumber: TribunSolo.com
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas