FAKTA Hepatitis Akut Tewaskan 3 Anak di DKI, Kemenkes Investigasi, Satgas IDI Ungkap Dugaan Penyebab
Berikut sejumlah fakta hepatitis akut tewaskan 3 anak di DKI Jakarta, Kemenkes melakukan investigasi hingga Satgas IDI ungkap dugaan penyebab.
Penulis: Inza Maliana
Editor: Arif Fajar Nasucha
"Hepatitis misterius pada anak-anak jadi bahasan hangat belakangan ini di seluruh dunia. Seratusan kasus dilaporkan, termasuk tiga anak di Indonesia yang meninggal."
"Apa yang sebenarnya terjadi?" kata Zubairi dalam cuitannya di akun Twitter miliknya @ProfesorZubairi, Senin (2/5/2022).
Menurut Zubairi, saat ini para ahli termasuk di Indonesia, sedang menyelidiki terkait penyebab dari hepatitis akut ini.
Dua dugaan awal yang muncul adalah adenovirus 41 dan SARS-CoV-2.
"Sebagian ketemu Adenovirus 41, sebagian ketemu SARS-CoV2, sebagian kombinasi dua virus itu, dan masih mungkin dipicu penyebab lain," ujarnya.
Untuk diketahui, Adenovirus merupakan virus umum yang sebabkan berbagai penyakit: pilek, demam, sakit tenggorokan, bronkitis, pneumonia, dan diare.
Kendati demikian, Zubairi menyebut, Adenovirus 41 belum pernah terkait dengan hepatitis, dan patogen umum ini, kata dia, biasanya bisa sembuh sendiri.
Baca juga: Hepatitis Akut Misterius Serang Anak-anak di Eropa, Amerika dan Asia, Ini Gejala dan Imbauan WHO
Zubairi Menyebut Penyakit Hepatitis Akut Sangat Serius
Menurut Zubairi penyakit ini sangat serius, karena telah merenggut nyawa beberapa anak.
"Bahkan 10 dari 145 pasien dengan hepatitis akut ini memerlukan transplantasi hati (di Inggris)," ungkap Zubairi.
Lebih lanjut dia memaparkan perlu ada tes yang memastikan untuk mendiagnosis hepatitis akut misterus ini.
Namun yang pasti, kata dia, syaratnya adalah pasien harus negatif terhadap virus hepatitis A, B, C, D, E dan dengan kadar enzim transaminase lebih dari 500 unit per liter.
"Siapa saja yang terinfeksi? Menurut WHO (Badan Kesehatan Dunia), rentang usia pasien yang diidentifikasi sejauh ini antara bayi berusia satu bulan hingga remaja berusia 16 tahun," jelasnya.
Untuk gejalanya, Zubairi mengatakan, sebagian besar anak-anak ini mengalami masalah gastrointestinal terlebih dahulu, diikuti penyakit kuning.