Guru Besar IPB Sebut Riset Aksi Holosentrik Jadi Inovasi Atasi Kasus Ledakan Hama di Indonesia
riset aksi holosentrik bisa menjadi prototype riset untuk mendukung pembangunan pertanian berkelanjutan di Indonesia
Penulis: Willem Jonata
Editor: Eko Sutriyanto
“Pada laboratorium lapang ini terlihat bahwa komunikasi menjadi lebih efektif. Antara peneliti dan petani tidak ada lagi jarak sebagaimana pada model teknosentrik,” ujarnya.
Baca juga: Akademisi IPB: Produktivitas Padi Indonesia Peringkat Kedua di Asia
Dalam penelitian yang dikembangkannya, Hermanu melihat hamparan sawah tidak hanya dipandang secara fisik tetapi juga ‘soft side of land’. Ia melihat adanya potensi tersembunyi dari pengalaman dan kearifan petani, keanekaragaman biologi dengan berbagai tingkatan dan fungsinya.
“Selama saya melakukan penelitian ini, interaksi unsur-unsur sistem lingkungan dan sistem sosial dengan nyata mempengaruhi dan menentukan hasil panen, bahkan interaksi berbagai pemangku kepentingan ini juga menentukan. Hal ini ditunjukkan dalam pendayagunaan musuh alami, lampu perangkap hama, pengumpulan kelompok telur yang melibatkan aparat desa hingga anak-anak sekolah yang menekan serangan penggerek padi,” jelas ayah dua anak ini.
Laboratorium lapangan yang didirikan di Desa Panyingkiran, Kabupaten Karawang, menjadi salah satu penanda penelitian dengan pendekatan holosentrik yang telah dilakukan oleh Hermanu bersama para peneliti lainnya.
Selain itu, Safari Gotong Royong yang pernah dilakukan pada tahun 2007 dengan menjangkau 24 kabupaten di Pulau Jawa menjadi wujud nyata dari pengembangan melalui pendekatan riset aksi holosentrik ini.
Baca juga: Anggota DPR Desak Pemerintah Beri Insentif untuk Petani Sawit
“Kegiatan Safari Gotong Royong ini menjadi bentuk lain dari laboratorium lapangan. Semangat yang dibangun dalam safari gotong royong adalah mengajak bersama-sama mengembangkan pertanian rasional, memadukan pengalaman petani dengan pengetahuan peneliti dan mendapatkan dukungan dari pemerintah dalam penerapannya,” kata Hermanu.
Hermanu juga menyarankan agar IPB bisa menjadi pioner untuk mengkolaborasikan riset aksi holosentrik ini dengan sistem insentif yang setara dengan dua dharma perguruan tinggi lainnya, yakni pendidikan dan penelitian.
Selama ini, kata dia, IPB sudah merintis berbagai program dan kegiatan seperti Dosen Mengabdi, Dosen Pulang Kampung, IPB Quick Respons, sayangnya sistem insentif yang kaitannya dengan BKD dan SIJ serta syarat kenaikan pangkat masih belum tertata dengan baik.
“Terkadang juga prasyarat penerima hibah dana kegiatan tersebut kurang pas dan kontra produktif. Misalnya jangan sampai apa persyaratan untuk mendapatkan dana dosen pulang kampung adalah harus menghasilkan publikasi bertaraf internasional. Di sinilah IPB bisa menginisiasinya untuk menjadi lebih baik dan utamanya bagaimana ilmu pengetahuan itu bisa benar-benar kembali dan memberikan solusi buat pertanian menjadikan petani Indonesia merdeka” kata Hermanu.