Menlu Retno: Indonesia Negara Asia Pertama Jadi Tuan Rumah GPDRR PBB
Indonesia merupakan negara Asia pertama yang menjadi tuan rumah ajang Global Platform for Disaster Risk Reduction (GPDRR)
Penulis: Larasati Dyah Utami
Editor: Wahyu Aji
Laporan Wartawan Tribunnews, Larasati Dyah Utami
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA – Indonesia merupakan negara Asia pertama yang menjadi tuan rumah ajang Global Platform for Disaster Risk Reduction (GPDRR) yang diinisiasi organisasi Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB).
Menteri Luar Negeri Indonesia (Menlu RI) Retno Marsudi mengatakan, berlangsungnya pertemuan GPDRR ke tujuh ini merupakan yang pertama kali dilakukan di Asia.
“Pertemuan GPDRR merupakan pertemuan multistakeholders terbesar yang dikelola oleh UNDRR. Jadi pertemuan ini dalam konteks UN dituan rumahi Indonesia. Berlangsungnya pertemuan ini pertama kali dilakukan di Asia,” kata Menlu secara virtual dari Bali, Selasa (24/5/2022).
Ribuan orang di tafsir akan datang ke Bali untuk menghadiri ajang Global Platform for Disaster Risk Reduction (GPDRR) yang dilaksanakan pada tanggal 23-28 Mei 2022.
Kementerian Luar Negeri Indonesia (Kemlu RI) mencatat 6.134 orang dari 183 negara telah mendaftar di platform pendaftaran GPDRR hingga Rabu (18/5/2022).
Empat ribu diantaranya, atau sekitar 70 persen diperkirakan datang langsung di Bali Nusa Dua Convention Center (NDCC).
GPDRR mengangkat tema From Risk to Resilience: Towards Sustainable Development for All in a COVID-19 Transformed World.
Tema ini memiliki makna dari Risiko Kebencanaan menuju Ketangguhan, (Menuju Pembangunan Berkelanjutan untuk Semua di Dunia yang Ditransformasi COVID-19).
Baca juga: Moeldoko Tekankan Pentingnya Forum GPDRR Menghadapi Ancaman Perubahan Iklim
Menlu mengatakan, dari PBB sendiri akan hadir Deputi Sekjen, Presiden General Assembly dan special representatif Sekjen PBB untuk urusan pengurangan risiko kebencanaan (Disaster Risk Reduction).
“Ini adalah pertemuan UN yang sangat penting, pertemuan multi stakeholder di bidang Disaster Risk Reduction yang paling besar dan sekitar 70 persen dari sekitar 6 ribu partisipan akan datang secara in person,” kata Menlu.
“Ini mendorong negara-negara dunia terus melakukan kerja sama dan kolaborasi untuk penanganan bencana dan mengubah resiko bencana menjadi ketahanan terhadap bencana,” ujarnya.