Disertasi Hasto soal Geopolitik Bung Karno Diusulkan Jadi Buku Ajar Referensi di Universitas
Di dalam disertasinya, Hasto bisa membuktikan bahwa pemikiran geopolitik Soekarno bahkan bisa menjadi hukum internasional yang baru.
Penulis: Fransiskus Adhiyuda Prasetia
Editor: Dewi Agustina
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Fransiskus Adhiyuda
TRIBUNNEWS.COM, BOGOR - Rektor Universitas Pertahanan (Unhan) Laksmana Madya Prof Dr Amarulla Octavian mengatakan pihaknya akan mengusulkan agar disertasi Hasto Kristiyanto mengenai teori geopolitik Soekarno menjadi buku ajar yang menjadi referensi di Universitas di Indonesia.
Hal itu disampaikan Amarulla saat hadir dan membuka sidang terbuka promosi doktoral Hasto Kristiyanto di Aula Merah Putih, Kampus Unhan, Sentul, Bogor, Senin (6/6/2022).
"Akan mendorong disertasinya Pak Hasto ini menjadi buku. Dan tidak hanya buku yang dapat dibaca oleh masyarakat Indonesia, tapi juga menjadi buku ajar. Salah satu buku referensi tentang geopolitik untuk semua perguruan tinggi di Indonesia," kata Amarulla.
Adapun Disertasi Hasto berjudul 'Diskursus Pemikiran Geopolitik Soekarno dan Relevansinya terhadap Pertahanan Negara'.
Menurut Amarulla, topik ini cocok untuk masuk menjadi bagian dari kurikulum di perguruan tinggi.
Baca juga: Hasto: Kebijakan Prabowo Kembangkan Kurikulum Sains Unhan Sejalan dengan Teori Geopolitik Bung Karno
Bahwa geopolitik Soekarno itu adalah bagaimana kita memperjuangkan kepentingan kita di dunia internasional.
Amarulla mengatakan bahwa di dalam disertasinya, Hasto bisa membuktikan bahwa pemikiran geopolitik Soekarno bahkan bisa menjadi hukum internasional yang baru.
Di tahun 1956, Bung Karno berpikir perairan Indonesia harus lebih jauh jaraknya. Yakni dari 3 mil menjadi 12 mil dari daratan.
"Bisa bayangkan, jaman itu republik masih muda, berani-beraninya membuat aturan baru dari 3 mil menjadi 12 mil. Dan berhasil. Nah itulah contoh bagaimana kita memperjuangkan kepentingan nasional," kata Amarulla.
Lebih lanjut, ia mengatakan teori geopolitik Soekarno memiliki kontekstualitas yang jelas dengan tantangan pemerintahan Indonesia saat ini dan ke depan.
"Kontekstual jelas. Poros maritim dunia itu jelas. Bagaimana kita mengklaim poros maritim dunia? Kita Indonesia bisa mengatur lalu lintas perdagangan laut dari Samudera Pasifik ke Samudera Hindia, bahkan sebaliknya kita bisa kontrol semuanya," papar Amarulla.
"Nah, kita akan melaju lagi pada hukum internasional berikutnya. Bagaimana nanti semua kapal yang lewat perairan Indonesia, misalnya harus bayar. Dan itu sumber pendapatan baru buat bangsa Indonesia," jelasnya.
Dalam disertasinya, Hasto menyebut bahwa teori geopolitik Soekarno bernafas proggresive geopolitical coexistence.
Maknanya, bahwa geopolitik Indonesia menerapkan perspektif Soekarno itu akan mendorong situasi dunia yang damai dan negara-negara dapat hidup berdampingan dengan baik.