Hasto: Kebijakan Prabowo Kembangkan Kurikulum Sains Unhan Sejalan dengan Teori Geopolitik Bung Karno
n kebijakan Menteri Pertahanan RI Prabowo Subianto yang mengembangkan kurikulum sains pertahanan di Universitas Pertahanan (Unhan RI) sejalan
Penulis: Fransiskus Adhiyuda Prasetia
Editor: Wahyu Aji
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Fransiskus Adhiyuda
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Sekretaris Jenderal DPP PDI Perjuangan Hasto Kristiyanto mengatakan kebijakan Menteri Pertahanan RI Prabowo Subianto yang mengembangkan kurikulum sains pertahanan di Universitas Pertahanan (Unhan RI) sejalan dengan teori geopolitik proklamator dan presiden pertama RI Soekarno atau Bung Karno.
Ia mengatakan bahwa teknologi sangat penting dalam menghadapi dinamika geopolitik internasional.
Hal tersebut disampaikan Hasto saat memaparkan disertasinya dalam Sidang Promosi Terbuka doktoral di Universitas Pertahanan (Unhan) Sentul, Bogor, Senin (6/6/2022).
"Unhan di bawah Bapak Prabowo Subianto memiliki jurusan S1 tentang kedokteran militer, MIPA Militer, kimia militer. Itulah sejalan dengan geopolitik Soekarno, bahwa teknologi faktornya begitu besar," kata Hasto.
Kurikulum sains pertahanan untuk sarjana S1 di Unhan yang dibuka Prabowo terdiri dari empat fakultas, yaitu Kedokteran Militer, Farmasi Militer, MIPA Militer dan Teknik Militer.
Prodi ini dibuka pada Agustus 2020 guna menyiapkan sumber daya manusia pertahanan negara serta merespons ancaman dan perang di masa depan, termasuk ancaman biologi.
"Tidak mungkin pembangunan suatu bangsa dilaksanakan tanpa penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi. Itu adalah kunci dari kesejahteraan manusia. Kita harus kuasai MIPA, Matematika, Kimia, Biologi, itu adalah ilmu dasar yang merupakan landasan dari semua ilmu lain," papar Hasto.
Hasto menjelaskan, dalam mengahadapi dinamika geopolitik, kuncinya berada pada pemimpin bangsa yang getol berdiplomasi terkait kebijakan politik luar negeri dan pertahanan.
Menurut Hasto, Indonesia membutuhkan pemimpin bangsa harus memiliki imajinasi geopolitik seperti Soekarno.
Di Indonesia, kepentingan nasional Irian Barat bisa dijadikan contohnya. Di mana dalam perjuangan mendapatkan Irian Barat mendapat pertentangan yang begitu kuat dari Belanda yang kemudian menggalang kekuatan Amerika Serikat.
Kala itu, kata Hasto, Indonesia mampu menggalang dukungan Inggris karena diplomasi menteri luar negeri saat itu Subandrio.
Baca juga: Prabowo: Disertasi Hasto soal Geopolitik Soekarno Masih Relevan, Bermanfaat Bagi Generasi Ke Depan
“Bahkan, diplomasi Indonesia mampu mempertentangkan antara kebijakan luar negeri Inggris dan Belanda, sehingga Inggris mendukung kita, maka Australia ikut mendukung kita," urainya.
Hasto pun menyayangkan bahwa langkah ini tidak dilanjutkan oleh pemerintah setelah era Soekarno di mana Indonesia meninggalkan Asia-Afrika dan Amerika Latin sebagai playing field yang merupakan basis legitimasi Indonesia dalam politik internasional yang telah dibangun oleh Bung Karno.
"Gagasan Soekarno masih sangat relevan dengan sistem internasional. Hanya perlu pemimpin yang memiliki cara pandang geopolitik," tandasnya.