PKS Ogah Berkoalisi dengan Parpol yang Punya Mental Kalah Sebelum Berperang
Bahkan, secara terang-terangan, PKS tak akan mau berkoalisi dengan parpol yang memiliki mental kalah sebelum 'perang'.
Editor: Malvyandie Haryadi
Jazilul Fawaid berharap dengan adanya koalisi ini diharapkan dapat menghadirkan kesejukan dan warna baru menjelang Pemilu 2024.
“Karena awal, kita semuanya berharap jangan banyak curiga. Jangan negatif thinking, ini sedang apa, sedang mau apa. Kita positif thinking, ada nanti hasilnya menjadi baik,” kata Jazilul.
Wakil Ketua MPR RI ini menjelaskan awal mula terbentuknya nama Semut Merah pada koalisi ini. Itu berawal ketika PKB diundang pada acara Milad ke-20 PKS.
Dalam acara tersebut, Ketua Umum PKB, Muhaimin Iskandar alias Cak Imin, disebut menyambut pertemuan dengan PKS.
“Tentu kami PKB sangat positif thinking ketika ketua umum diberikan kesempatan untuk menyampaikan pidato, kita sekarang bertemu, tanpa curiga dan was was,” katanya.
Lebih lanjut dia mengatakan semut merah menyimbolkan masyarakat kecil. Selain itu, dia bilang semut ini punya harapan dan mampu melawan sesuatu yang lebih besar.
“Ini kita orang kecil kecil, makanya kemarin saya bilang gini, kita koalisi semut semut aja lah. Kalau suit itu menang dibanding gajah. Saya bilang koalisi semut merah supaya gigitnya ya, meskipun kecil, kita bisa mengusung ke mana-mana. Dan semut juga simbol rakyat, ya simbol masyarakat,” katanya.
Sebab menurut dia, masyarakat dua tahun belakangan ini sudah cukup terpuruk dengan kondisi pandemi Covid-19.
“Yang diinginkan masyarakat hidup perut kenyang, anak-anak bisa sekolah, kesehatan terjamin, masa depan Indonesia terjaga. Saya pikir itu yang menjadi kita bertemu siang hari ini.”
Jazilul menilai, baik PKB maupun PKS memiliki basis massa yang mirip, yakni punya kesamaan persepsi soal keagamaan.
Itu pula lah, kata dia, yang membut kedua parpol ini bergabung. Jazilul menilai, pada Pilpres periode lalu, masyarakat terpecah belah dan terdapat pula polarisasi.
“Makanya selalu saya bilang, untuk menyelesaikan semua ini mari kita duduk. Kalau PKS dan PKB duduk, politik identitas hilang. Pembelahan ilang, polarisasi hilang, Kadrun Kadrun apa cebong Cebongan hilang,” tutur Jazilul. (Yud/Nauf)