Hasyim Asy'ari: KPU Dikelola Manusia Biasa, Ingatkan Kalau Ada yang Kurang Pas
Apa antisipasi KPU mencegah berulang jatuhnya korban jiwa dalam penyelenggaran pemilu nanti?
Penulis: Danang Triatmojo
Editor: Dodi Esvandi
Mereka masing-masing melakukan riset atau penelitian.
Kemudian kesimpulannya atau temuannya adalah kecenderungannya yang meninggal itu usianya di atas 50 tahun.
Yang kedua kecenderungannya punya komorbid atau penyakit tambahan.
Dan kalau kita cek komorbidnya itu di antara hipertensi, serangan jantung, dan gula darah tinggi.
Sudah ada bawaan itu ditambah beban kerja yang tinggi, jadi kerjanya kan enggak cuma kerja fisik, terutama teman teman pasti ada tekanan politik, tekanan mental.
Baca juga: Ketua KPU RI: Pemilu Buka Pesta, tapi Kerja Demokrasi, Maka Perlu Kerja Keras dan Kerja Sama
Pada saat itu kemudian ada titik pressure yang kemudian menjadikan orang drop. Ini yang menjadi problem.
Sehingga berdasarkan pengalaman tersebut, sudah kita adopsi di pilkada 2020 kemarin misalkan dengan situasi Covid di 2020 dan juga berdasarkan pengalaman yang lalu, disarankan penyelenggara maksimal 50 tahun.
Sehat, sehat atau bebas dari komorbid tiga jenis tadi.
Itu yang kita adopsi di Pilkada 2020.
Nanti akan kita adopsi lagi untuk persyaratan menjadi penyelenggara yang tadi itu.
Ditambah situasi percovidan, sebisa mungkin vaksin dua kali.
Juga merintis kampus-kampus kita ini itu kan ada program namanya ‘Merdeka Belajar’.
‘Merdeka Belajar’ itu didorong supaya mahasiswa itu lebih banyak magang.
Baca juga: Pemilu 2024 Resmi Diluncurkan, Pengamat: Publik Menaruh Harapan Besar pada KPU
Dan tampaknya teman-teman kampus banyak yang tertarik membangun kerja sama pemilu dengan KPU.