Pegiat HAM Beberkan Tantangan yang Dihadapi Cak Imin Kalau Maju Capres 2024
Pegiat HAM dan Kebhinekaan Amirudin Al-Rahab menyatakan pentingnya para calon pemimpian memahami masalah aktual Indonesia.
Editor: Hasanudin Aco
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Indonesia mengalami tantangan dalam pemajuan demokrasi.
Meskipun demokrasi Indonesia memang mengalami kemajuan pesat dalam prosedur maupun kesempatan lebih bebas bagi masyarakat untuk memilih maupun menjadi elit.
Namun demokrasi ekonomi belum menjadi komitmen dan sikap elit politik dalam agenda demokrasinya.
Pegiat HAM dan Kebhinekaan Amirudin Al-Rahab menyatakan pentingnya para calon pemimpian memahami masalah aktual Indonesia.
"Sehingga publik tahu dan tidak dibiarkan dalam ruang kosong memilih pemimpin," ujar Amiruddin dalam forum diskusi dan peluncuran buku “Mata Air Indonesia Maju: Kumpulan Gagasan Untuk Cak Imin” yang digelar Rumah Politik Kesejahteraan (RPK) di Warung Sunda Talaga Bestari, Cikupa, Tangerang, Rabu (6/7/2022).
Baca juga: Muhaimin Iskandar Sebut Ada 3 Sampai 4 Juta Pekerja Migran Indonesia Belum Jadi Peserta BP Jamsostek
Dalam acara peluncuran buku tersebut Amir menyebut bekal masalah-masalah yang disampaikan para pakar dan ahli Indonesia yang dititipkan kepada Cak Imin melalui buku ‘Mata Air Indonesia Maju’ lengkap dan menilik hampir semua tantangan demokrasi Indonesia dari masalah agraria sampai HAM.
“Saya mengapresiasi kesediaan Cak Imin membuka diri pada kumpulan gagasan terkait masalah-masalah ekonomi dan kebangsaan Indonesia. Masalah mendasar kesejahteraan yang dititipkan kepada beliau cukup untuk menjadi bekal memimpin,” terangnya.
Sebab, menurut anggota Komnas HAM, kita mengalami krisis gagasan dari para calon pemimpin.
Publik pemilih dinilainya menjadi ragu dan pada dasarnya tidak punya pilihan karena tidak tahu calon elitnya memiliki gagasan atau tidak.
"Masyarakat kebingungan untuk tahu calon pemimpin mereka punya gagasan dan mau mengatasi masalah sosial ekonomi yang mana," tegas Amir.
Sehingga, menurut Amir, Buku “Mata Air Indonesia Maju” diharapkan bisa menginspirasi elit politik lain.
“Saya berharap buku ini dibaca juga oleh sesama elit. Karena buku ini berisi masalah-masalah Indonesia lengkap. Jadi bisa menginspirasi kerja kesejahteraan yang dibutuhkan masyarakat dari elitnya,” kata Amir.
Tantangan Demokrasi Ekonomi
Dalam sesi diskusi tersebut, aktivis Hak Asasi Manusia (HAM) Binny Buchori yang turut hadir sebagai representasi aktivis sosial demokrasi mengamati kesalah pahaman yang rancu bahwa demokrasi memicu situasi intoleran.
Menurut Binny, yang dibutuhkan demokrasi kita adalah ruang publik yang sehat karena elit politik mau aktif melakukan literasi politik yang bhineka dan toleran.
“Kalau intoleransi dan sikap konflik buat saya itu lebih dampak disrupsi kemajuan teknologi informasi,” kata Binny.
Ia menilai Cak Imin sosok yang tidak punya dilema dan masalah terkait hal tersebut. Lebih diharapkan supaya berkontribusi pada terciptanya ruang publik yang sehat dan rasional.
“Kalau harapan, ya saya berharap Cak Imin memikirkan kemajuan teknologi informasi yang mampu mengatasi disrupsi teknologi atas proses demokrasi kita. Cak Imin bukan hanya sosok agamis, dia tokoh nasional yang terbuka pada tantangan kemajuan,” kata Binny Buckhori.
Senada dengan Binny Buckhori, aktivis dari Perekat Demokrasi Tenggerang (PDT) Choirul Huda menilai Cak Imin sosok yang merepresentasikan penuh sikap moderat khas NU (Nahdlatul Ulama).
“Kapasitasnya membangun hubungan lintas keyakinan dan menjaga kebhinekaan menjadi contoh bagi tigabelas juta lebih kader PKB dan pendukung loyalnya," tegas Huda.
Demokrasi ekonomi dibutuhkan di masa depan, elit politik harus punya komitmen dan keseriusan memastikan keadilan ekonomi khususnya di era kompetisi bebas.
Tanpa komitmen politik dan perlindungan negara, politik dinilai hanya urusan elit dan kekuasaan.
“Kalau masalah-masalah sosial ekonomi yang dititipkan para ahli dalam buku ini bisa dipikirkan dan komitmen Cak Imin nyata, saya kira beliau memang layak menjadi calon pemimpin Indonesia,” kata dia.