Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Kapan Tahun Baru Islam 2022/1 Muharram 1444 Hijriyah? Cek di Sini

Kapan tahun baru Islam 2022 atau 1 Muharram 1444 Hijriyah tiba? Simak penjelasannya dalam artikel ini.

Penulis: Daryono
Editor: Arif Fajar Nasucha
zoom-in Kapan Tahun Baru Islam 2022/1 Muharram 1444 Hijriyah? Cek di Sini
freepik.com/menangang27
Kapan tahun baru Islam 2022 atau 1 Muharram 1443 Hijriyah? Berikut penjelasannya. 

TRIBUNNEWS.COM - Kapan tahun baru Islam 2022 atau 1 Muharram 1444 Hijriyah? Simak penjelasannya di sini.

Pertanyaan mengenai kapan tahun baru Islam 2022 banyak ditanyakan seiring segera berakhirnya bulan Dzulhijjah.

Diketahui, setelah bulan Dzulhijjah, akan datang bulan Muharram yang merupakan bulan pertama dalam penanggalan Islam.

Dengan demikian, saat masuk bulan Muharram, artinya Umat Islam memasuki tahun baru Islam.

Baca juga: Tanggal Merah dan Hari Besar Bulan Juli 2022, Ada Idul Adha dan Tahun Baru Islam

Lantas, kapan tahun baru Islam 2022?

Berdasarkan Surat Keputusan Bersama (SKB) tiga menteri yakni Menteri Agama, Menteri Ketenagakerjaan dan Menteri Pendayaagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi yang ditetapkan 7 April 2022 lalu, Tahun Baru Islam 2022 ditetapkan jatuh pada Sabtu, 30 Juli 2022.

Hingga saat ini, belum ada perubahan terkait penetapan 1 Muharram 1444 Hijriyah.

Berita Rekomendasi

SKB tersebut hanya diubah terbatas pada 7 Juli lalu yakni mengenai perubahan Hari Raya Idul Adha 2022 yang semula ditetapkan 9 Juli menjadi 10 Juli 2022. 

Dengan demikian, sejauh ini Tahun Baru Islam 2022 akan tetap jatuh pada 30 Juli 2022.

Amalan yang dikerjakan di bulan Muharram

Di Bulan Muharram, Umat Islam dianjurkan untuk mengisinya dengan hal-hal yang bermanfaat. 

Dikutip dari Tribunnewswiki, berikut ini sejumlah amalan yang dianjurkan dikerjakan di bulan Muharram nanti: 

1. Menyantuni Anak Yatim 

Pada bulan Muharram, umat Muslim juga dianjurkan untuk memperbanyak sedekah.

Utamanya adalah menyantuni anak yatim pada 10 Muharram.

Menyantuni anak yatim bila dilakukan di hari Asyuro (10 Muharam), maka Allah akan mengangkat derajatnya.

Terdapat sebuah hadis dalam kitab Tanbihul Ghafilin:

من مسح يده على رأس يتيم يوم عاشوراء رفع الله تعالى بكل شعرة درجة

“Siapa yang mengusapkan tangannya pada kepala anak yatim, di hari Asyuro’ (tanggal 10 Muharram), maka Allah akan mengangkat derajatnya, dengan setiap helai rambut yang diusap satu derajat.”

Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam menjanjikan suatu keutamaan dalam sebuah hadis:

أَنَا وَكَافِلُ الْيَتِيمِ كَهَاتَيْنِ فِى الْجَنَّةِ , وَأَشَارَ بِالسَّبَّابَةِ وَالْوُسْطَى , وَفَرَّقَ بَيْنَهُمَا قَلِيلاً

“Saya dan orang yang menanggung hidup anak yatim seperti dua jari ini ketika di surga.” Beliau berisyarat dengan jari telunjuk dan jari tengah, dan beliau memisahkannya sedikit.” (HR. Bukhari no. 5304).

Baca juga: Tahun Baru Islam, Momentum Bersyukur di Tengah Pandemi yang Masih Belum Berakhir

2. Puasa Asyura

Puasa Asyura adalah puasa yang hukumnya sunah dan dilakukan pada 10 Muharram.

Keutamaan dari puasa Asyura adalah dapat menggugurkan dosa selama setahun yang lalu.

Hal tersebut berdasarkan hadist berikut ini.

عَنْ اَبِى قَتَادَةَ اَنَّ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ: صَوْمَ يَوْمَ عَرَفَةَ يُكَفِّرُ سَنَتَيْنِ مَاضِيَةً وَمُسْتَقْبِلَةً وَصَوْمُ يَوْمِ عَاشُوْرَاءَ يُكَفِّرُ سَنَةً مَاضِيَةً

Artinya: Dari Abu Qatadah ra. bahwa rasulullah saw bersabda: "Puasa pada hari arafah dapat menghapus dosa selama dua tahun, yaitu tahun yang berlalu dan tahun yang akan datang. danpuasa pada hari Asyura menghapuskan dosa tahun yang lalu." (H.R jamaah kecuali Bukhari dan Tirmidzi)

3. Puasa Tasu'a

Puasa sunah Tasu'a dilaksanakan pada tanggal 9 Muharam atau sehari sebelum puasa Asyura.

Ini berdasarkan pada hadits Nabi berikut:

وعن ابن عباس رَضِيَ اللَّهُ عَنهُما قال، قال رَسُول اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيهِ وَسَلَّم: ((لئن بقيت إلى قابل لأصومن التاسع)) رَوَاهُ مُسلِمٌ.

Dari Ibnu Abbas radhiyallahu ‘anhuma dia berkata : ”Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda, “Apabila (usia)ku sampai tahun depan, maka aku akan berpuasa pada (hari) kesembilan” (HR. Muslim).

Namun belum sampai di bulan Muharram tahun berikutnya, ternyata Rasulullah sudah meninggal dunia.

Imam Nawawi rahimahullaah menyebutkan ada tiga hikmah disyariatkannya puasa pada hari Tasu'a :

1. Untuk menyelisihi orang Yahudi yang hanya berpuasa pada hari kesepuluh saja.

2. Untuk menyambung puasa hari Asyura dengan puasa di hari lainnya, sebagaimana dilarang berpuasa pada hari Jum’at saja.

3. Untuk kehati-hatian dalam pelaksanaan Puasa Asyura, dikhawatirkan hilal berkurang sehingga terjadi kesalahan dalam menetapkan hitungan, hari kesembilan dalam penanggalan sebenarnya sudah hari kesepuluh.

Baca juga: Ketua DPD RI Minta Masyarakat Jadikan Tahun Baru Islam untuk Tetap Optimis dan Berikhtiar

(Tribunnews.com/Daryono) (TribunnewsWiki/Abdurrahman Al Farid)

Sumber: TribunSolo.com
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas