Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Dugaan Praktik Perdukunan di Blitar Terbongkar, PBNU: Warga Harus Bisa Bedakan Kiai dengan Dukun

Dugaan praktik perdukunan oleh Gus Samsudin dibongkar oleh Youtuber Pesulap Merah, Marcel Radhival. Ini tanggapan PBNU.

Penulis: Fahdi Fahlevi
Editor: Malvyandie Haryadi
zoom-in Dugaan Praktik Perdukunan di Blitar Terbongkar, PBNU: Warga Harus Bisa Bedakan Kiai dengan Dukun
Tangkap layar YouTube Marcel Radhival
Pesulap Merah (kiri) dan Gus Samsudin (kanan). Dugaan praktik perdukunan oleh Gus Samsudin dibongkar oleh Youtuber Pesulap Merah, Marcel Radhival. 

Laporan wartawan Tribunnews.com, Fahdi Fahlevi

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Dugaan praktik perdukunan oleh Gus Samsudin dibongkar oleh Youtuber Pesulap Merah, Marcel Radhival.

Menanggapi itu hal tersebut, Ketua Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) Bidang Keagamaan KH Ahmad Fahrur Rozi atau Gus Fahrur meminta masyarakat tidak mudah percaya dengan praktik perdukunan seperti itu.

Dirinya melarang umat Islam untuk menganggap dukun seperti kiai.

"Kita harus selektif. Kita kan kadang dukun dikiaikan, itu salah. Jangan kiaikan dukun. Masyarakat mesti ditekankan bahwa kalau karomah itu tidak diobral-obral," ujar Gus Fahrur yang dilansir laman NU Online, Selasa (2/8/2022).

Menurut Gus Fahrur, karomah yang diberikan kepada seorang kiai berbeda dengan trik-trik yang dikeluarkan dukun.

Karomah tersebut, menurut Gus Fahrur, tidak diperuntukan untuk tujuan komersil.

Baca juga: Buntut Cekcok dengan Pesulap Merah, Padepokan Gus Samsudin Ditutup Warga hingga Dijaga Polisi

Berita Rekomendasi

"Karomah itu diberikan kepada wali, kekasih Allah, tidak untuk jualan, tidak untuk komersil atau konten. (Kalau dukun) itu tipuan, sihir, atau sulap," ungkap Gus Fahrur.

Menurut Gus Fahrur, karomah seseorang bisa dilihat dan dibuktikan bukan dari keanehan-keanehan yang dilakukan, tetapi ilmu dan amal.

Para kiai yang memiliki karomah, kata Gus Fahrur, adalah mereka yang mengikuti sunnah dan syariat.

"Ukurannya bukan aneh. Nabi tidak mengajari yang aneh-aneh. Mengajari shalat dan kebaikan. Tapi ukurannya Nabi. Kalau (perilaku) mereka tidak cocok dengan Nabi atau walaupun bisa terbang, tetap itu bukan wali," jelas Gus Fahrur.

Dirinya berharap masyarakat menyadari fenomena keanehan di luar nalar yang kerap terjadi, agar tidak tertipu praktik perdukunan.

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas