Pengamat Komunikasi Politik Beberkan Sederet Benefit Jika Partai Politik Deklarasi Capres Lebih Awal
Pengamat komunikasi politik ungkap sederet manfaat jika para partai politik (parpol) mendeklarasikan calon presiden (capres) lebih awal.
Penulis: Naufal Lanten
Editor: Wahyu Aji
Laporan Reporter Tribunnews.com, Naufal Lanten
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Pengamat komunikasi politik Universitas Esa Unggul Jamiluddin Ritonga mengungkap sederet manfaat jika para partai politik (parpol) mendeklarasikan calon presiden (capres) lebih awal.
Menurut Jamiluddin, keuntungan dari sisi capres ialah memiliki cukup banyak waktu untuk memperkenalkan diri, visi, misi dan programnya kepada masyarakat.
Sehingga, sambung dia, capres itu punya peluang besar untuk menyerap aspirasi dari berbagai kalangan masyarakat di Indonesia.
“Sang calon juga dapat menggali berbagai persoalan dan harapan dari berbagai lapisan masyarakat,” kata Jamiluddin, Jumat (5/8/2022).
“Dari sini sang Capres dapat mempertajam programnya hingga mendekati kebutuhan masyarakat,” lanjut dia.
Sementara dari sisi masyarakat, Jamiluddin menilai publik dapat mengenal lebih jauh sosok sang capres tersebut, termasuk visi, misi dan program yang direncanakan.
Pemahaman terhadap sang capres akan menjadi dasar bagi publik untuk menilai kelayakan sang capres.
Selain itu, masyarakat juga akan dapat menilai kelayakan program capres. Kalau programnya tidak sesuai dengan kebutuhannya, maka capres tersebut akan diabaikan.
“Dari sini masyarakat akan memilih sang capres bukan seperti membeli kucing dalam karung,” katanya.
Alasan Parpol Deklarasi Capres di ‘Menit Akhir’
Lebih lanjut, eks Dekan FIKOM IISIP Jakarta ini menyebutkan bahwa hal itu dapat terjadi jika pemilih rasional lebih dominan di Indonesia.
Pemilih rasional, sambung dia, akan mencari tahu secara mendalam terkait sang calon, visi, misi dan program capres tersebut.
Baca juga: Deklarasi Capres Lebih Awal Dinilai Beri Waktu Rakyat untuk Menilai dan Memilih Calonnya
Nantinya informasi itu akan dijadikannya dasar untuk memilih calon presiden.
“Sayangnya pemilih di Indonesia masih banyak yang emosional dan pragmatis. Pemilih kelompok ini tidak mau tahu mengenai informasi sosok, visi, misi, dan program sang capres,” kata Jamiluddin.
“Kiranya itu menjadi sebab deklarasi Capres di Indonesia mendekati batas akhir pendaftaran. Capres cukup bermodalkan pencitraan dan masyarakat akan berduyun-duyun memilihnya,” tuturnya.