Wajib Tahu, Ini Alasan Air Kemasan Plastik PET Lebih Aman Digunakan Ketimbang Polikarbonat
Penelitian telah menunjukan bahwa kemasan galon isi ulang polikarbonat yang digunakan secara berulang dapat berdampak buruk bagi kesehatan.
Penulis: Muhammad Fitrah Habibullah
Editor: Bardjan
TRIBUNNEWS.COM – Penggunaan air minum dalam kemasan (AMDK) galon isi ulang masih menyisakan kontroversi, terlebih yang terbuat dari bahan polikarbonat sebab mengandung Bisphenol-A (BPA).
Terlebih, penelitian telah menunjukan bahwa kemasan galon isi ulang polikarbonat yang digunakan secara berulang dapat berdampak buruk bagi kesehatan.
Merespons kekhawatiran akan dampaknya terhadap masyarakat, Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) berinisiatif menyusun draf Rancangan Peraturan BPOM tentang Perubahan Kedua atas Peraturan Badan POM No. 31 2018 tentang Label Pangan Olahan.
Namun, rencana pengesahan draf tersebut dibanjiri oleh opini bertentangan, terutama dari para industri yang masih mendukung penggunaan plastik BPA.
Merujuk pada banyak penelitian dan literatur, plastik BPA terbukti tidak aman dan banyak negara yang telah melakukan pelarangan pada produk tersebut. Namun, masih ada dua negara yang masih memperbolehkan, yaitu Indonesia dan Vietnam.
Bermula dari Perancis, negara di mana Danone Aqua menginduk, kampanye kesehatan BPA Free pun dimulai.
Di samping itu, pada tahun 2011, sebenarnya Indonesia telah mulai mengadopsi kecenderungan dunia dengan memutuskan dilarangnya BPA pada kemasan bayi. Sejak saat itu, semua merek air kemasan botol di Indonesia pun beralih menggunakan plastik PET yang bebas BPA.
Akan tetapti, faktanya, hingga kini galon isi ulang polikarbonat yang mengandung BPA masih merajai pasar AMDK.
Di samping itu, penggunaan plastik PET, yang keamananna bahkan telah diakui oleh seluruh dunia, masih saja menuai banyak kritik dari berbagai pelaku industri air minum.
Baca juga: Epidemiolog UI: Pelabelan BPA Pada Galon Guna Ulang Polikarbonat Diganjal Lobi Industri
Sebenarnya, seberapa aman kemasan PET untuk AMDK?
Didukung oleh riset, botol plastik PET memang aman untuk digunakan sebagai kemasan. Menurut publikasi Council of Scientific and Industrial Research-Central Food Technological Research Institute (CSIR-CFTRI), Mysore, India, analisis CSIR-CFTRI menyimpulkan bahwa plastik PET yang terpapar temperatur tinggi pun tidak menyebabkan migrasi senyawa di dalam kemasan dan semua masih di bawah batas deteksi (below detection limit).
Batas ini juga masih di bawah regulasi Uni Eropa (UE) tentang “batas migrasi spesifik”, yang merupakan jumlah maksimum senyawa yang bisa bermigrasi dari kemasan ke dalam minuman di dalamnya.
Singkatnya, hasil riset ini mengonfirmasi bahwa tidak ada pelepasan senyawa antimon dalam kemasan botol plastik PET, yang kerap diklaim sebagai bahaya dari plastik PET.
Tak hanya itu, pada plastik PET juga tidak ditemukan endokrin disruptor (bahan kimia yang dapat mengganggu endokrin atau sistem hormon tubuh, seperti yang terkandung dalam plastik BPA) dan hasil riset ini menyimpulkan bahwa tidak ada senyawa kimia pada botol plastik PET yang melanggar batasan regulasi Uni Eropa.
Dr. Shekhar C. Mande, Direktur Jenderal CSIR, pejabat tinggi di Department of Scientific and Industrial Research, Kementerian Sains dan Teknologi, India, mengatakan bahwa PET adalah plastik yang dapat digunakan secara universal pada banyak produk.
“PET adalah plastik yang istimewa dan merupakan kemasan yang digunakan secara universal untuk makanan, farmasi, air, minyak sayur, perawatan tubuh, dan banyak lagi,” ujarnya.
Shekhar melanjutkan, “Proyek riset ini tidak hanya meneliti aspek leaching (ekstraksi senyawa), tapi juga meneliti komposisi kimia plastik PET, dan lebih jauh lagi menyelidiki potensi ada atau tidaknya endokrin disruptor. Temuan ini tentu jauh lebih relevan daripada sekadar pengujian standar.”
Pada penelitian lain, U.S. Food and Drug Administration (FDA), Health Canada, the European Food Safety Authority juga menegaskan bahwa kemasan PET adalah kemasan yang lebih aman.
“PET merupakan senyawa yang dibuat dengan menggabungkan ethylene glycol dan terephthalic acid di bawah tekanan temperatur tinggi dan vacuum rendah untuk menghasilkan rantai polymer. Hasil akhirnya yang berupa polyester polymer dikenal sangat stabil, liat dan kuat. PET sanggup menolak rangkaian reaksi kimiawi atau biologis dengan unsur lainnya. Kualitas non-reaktif inilah yang menjadi inti dari keamanan PET,” ujar peneliti FDA.
Jadi, pada sisi ini terlihat jelas keunggulan plastik PET, yaitu keamanan yang lebih teruji.
Bila mengacu pada badan regulasi atau BPOM banyak negara di dunia dan juga termasuk Amerika yaitu U.S. Food and Drug Administration (FDA), plastik PET sudah disepakati aman digunakan untuk kemasan makanan dan minuman.
Selama lebih dari 30 tahun, plastik PET lazim digunakan untuk berbagai jenis makanan, dari kemasan selai kacang, minuman ringan, dan produk kemasan lainnya.
Sebagian besar kemasan sekali pakai, termasuk kemasan galon atau botol, diproduksi dari plastik PET yang seratus persen yang nantinya bisa dengan mudah didaur ulang.
Tak boleh sembarangan, proses pembuatan PET sebagai kemasan pun harus meliputi dua aspek penting, yaitu memastikan kecilnya peluang terjadi pelepasan kimia dari kemasan plastik dengan air yang disimpan di dalamnya, dan memastikan apabila sampai terjadi pelepasan senyawa kimia dari plastik kemasan sehingga tidak akan membahayakan kesehatan manusia.
Dengan semua penjelasan dan data pendukung positif terhadap keamanan plastik PET, kemasan plastik PET sudah seharusnya lebih aman untuk kesehatan manusia.
Oleh karena itu, pembuktian hasil riset prestisius dan lolos aturan badan regulasi global ini dirasa dapat mendukung dasar mengapa plastik PET cocok untuk digunakan secara masif di seluruh dunia, terutama sebagai kemasan makanan dan minuman dalam kemasan, hingga untuk keperluan seperti farmasi dan medis.