VIDEO Harga Telur Ayam Tembus Rp 30.000 Per Kg di Jakarta: Apa Respon Pedagang Warteg dan Peternak?
Presiden Peternak Layer Nasional (PLN) Ki Musbar Mesdi menjelaskan penyebabnya belum seimbangnya antara rantai pasok (supply) dan permintaan (demand)
Penulis: Bambang Ismoyo
Editor: Srihandriatmo Malau
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Harga telur ayam di toko sembako di Jakarta telah menembus angka Rp 30.000-Rp 33.000 per kilogram.
Sedangkan untuk harga di level warung, terpantau lebih mahal, mencapai Rp 33.000 per kilogram.
Sementara harga telur ayam di tingkat warung, terpantau lebih mahal mencapai Rp32.000 per kg.
Apa penyebab meroketnya harga telur ayam?
Presiden Peternak Layer Nasional (PLN) Ki Musbar Mesdi menjelaskan penyebabnya belum seimbangnya antara rantai pasok (supply) dan permintaan (demand).
Ki Musbar Mesdi mengungkapkan, dari sisi supply yakni peternak ayam petelur, masih belum pulih sepenuhnya imbas pukulan pandemi yang terjadi sejak 2020-2021.
Pada rentang waktu tersebut, daya beli masyarakat turun dan membuat harga telur juga ikut-ikutan turun.
Sejumlah hotel hingga restoran yang kerap menyerap pasokan telur dalam jumlah besar, harus berhenti beroperasi imbas adanya pengetatan mobilitas masyarakat.
Yang pada akhirnya banyak peternak yang gulung tikar, alias bangkrut.
"Efek turunnya aktivitas ekonomi membuat peternak yang tidak kuat bertahan menjadi bangkrut," ucap Ki Musbar Mesdi saat dihubungi Tribunnews, Minggu (21/8/2022).
"Selama 2 tahun tersebut diperkirakan (populasi) ayam yang memproduksi telur turun 30 persen. Hal ini memberikan dampak luar biasa (terhadap rantai pasok)," sambungnya.
Sementara itu dari sisi permintaan (demand) telur, kini sedang mengalami peningkatan yang cukup signifikan seiring pulihnya perekonomian pasca pandemi.
Ditambah lagi, Pemerintah mempunyai program bantuan sosial (bansos) dalam bentuk komoditas pangan, salah satunya telur.
Hal ini semakin membuat permintaan telur ayam dari peternak meningkat pesat.
"Khusus pada semester II-2022 ini, permintaan meningkat. Sedangkan suplai telur dari peternak belum pulih," papar Ki Musbar Mesdi.
"Di satu sisi, pemerintah membantu masyarakat kecil dengan bansos. Bentuk bansos ini menyebabkan harga telur ini melonjak. Karena suplai ke pasar juga terganggu," paparnya.
Selain gangguan pada rantai pasok dan permintaan, kenaikan harga komoditas telur juga terdampak oleh faktor naiknya tarif listrik dan peralihan bahan bakar minyak (BBM) mobil logistik angkutan telur.
Yang semula mobil pengangkut menggunakan BBM jenis Premium, kini harus menggunakan Pertalite.
"Mobil untuk angkutan telur itu kan pakai premium awalnya, tapi akhirnya pakai Pertalite. Itu aja udah membuat harga telur naik berapa persen. Ditambah lagi ada kenaikan tarif listrik dan ada lagi kenaikan LPG," jelas Ki Musbar Mesdi.
Baca juga: Peternak Sebut Kenaikan Harga Telur Ayam Saat Ini Menjadi Tertinggi Dalam Sejarah
Respon Pedagang Warteg
Harga telur terus mengalami kenaikan setelah 17 Agustus 2022 hingga saat ini di pasaran sudah dibanderol Rp 33.000 per kilogram.
Padahal, harga telur sebelum 17 Agustus 2022 dibanderol 25.000 per kilogram.
Melonjaknya harga telur tersebut dikeluhkan oleh pedagang warteg di Jakarta.
Ketua Koperasi Warteg Nusantara Mukroni mengatakan, pedagang warteg harus mencari cara untuk menyiasati kenaikan harga telur tembus Rp 33.000 per kilogram di Jakarta.
Mukroni mengaku bingung, kenapa harga telur tiba-tiba naik di pasar.
Baca juga: Harga Telur Meroket Rp 33.000 Per Kg, Pedagang Warteg Siasati Kecilkan Ukuran
Hal ini membuat para pedagang Warteg meminta penjelasan dari pemerintah, hingga menemukan solusi untuk menurunkan harga telur.
"Kita tidak tahu kok mendadak telur harganya naik apakah karena produksinya berkurang atau ada faktor lain," kata Mukroni saat dihubungi, Senin (22/8/2022).
Mau tidak mau, menurut Mukroni, para pedagang Warteg mensiasati dengan memilih telur-telur kecil di pasar dengan jumlah yang relatif banyak.
"Kita mensiasati dengan pilih telur yang kecil dengan jumlah kilo yang banyak," tutur Mukroni.
Harga telur yang melambung tinggi, membuat para pedagang Warteg terus deg-degan setiap kali pergi ke pasar.
"Pedagang tidak takut inflasi tapi takut ibu-ibu yang jualan telur di pasar yang kadang membuat spot jantung deg-degan karena harga naik," imbuh Mukroni.
Respon Peternak
Melonjaknya harga telur ayam yang tembus hingga Rp 31.000 per kilogram (kg), dinilai menjadi tertinggi dalam sejarah kenaikan harga komoditas pangan tersebut.
Hal tersebut disampaikan Ketua Paguyuban Peternak Rakyat Indonesia (PPRN) Alvino Antonio menyikapi naiknya harga telur ayam.
Menurutnya, harga telur ayam yang dijual di pasar tradisonal sudah menembus Rp 30.000 per kg, dan ada beberapa pedagang yang jual di atas Rp 31.000 per kg.
"Ini paling tinggi (harga telur) dalam sejarah. Tembus Rp 30.000-an di pasar," ujarnya saat dihubungi Kompas.com, yang dikutip Tribunnews, Senin (22/8/2022).
Kenaikan harga telur ayam, kata Alvino, sudah terjadi dua pekan lalu secara perlahan yang diikuti kenaikan harga pada tingkat peternak, di mana harga peternak per 8 Agutus 2022 di kisaran Rp 23.300 sampai Rp 23.900.
Kemudian, naik lagi Rp 24.500 sampai Rp 24.900 per kg pada 9 Agustus dan keesokannya harga berada di level Rp 26.000 hingga Rp 26.700 per kg.
Sementara pada 20 Agustus 2022, harga telur ayam tembus Rp 27.300 hingga Rp 28.800 pe kg.
"Ini baru di harga kandang atau peternak telur, di pasar tentu naik lagi," kata dia.
Salah seorang penjaga Toko Sembako di Tangerang Selatan, Wahid mengatakan, pada awal Agustus harga telur ayam relatif masih stabil tapi beberapa minggu terakhir mengalami kenaikan.
"Sekarang harga per kilogram Rp30.000. Sebelumnya harganya (2 Minggu yang lalu) cuma Rp25.000 per kilogram, terus lama-lama naik (secara bertahap) jadi Rp30.000," ucap Wahid kepada Tribunnews, Minggu (21/8/2022).
Dirinya mengungkapkan, telur-telur yang ia dagangkan berasal dari peternakan di Blitar, Jawa Timur.
Berdasarkan informasi yang diperoleh, naiknya harga komoditas tersebut terimbas dari mahalnya harga pakan untuk ayam petelur.
"Katanya sih harga pakan buat ayam mahal. Jadi harga telurnya ikut-ikutan jadi naik," tukasnya.
Lain halnya dengan di Pasar, harga telur di warung-warung justru dibanderol lebih mahal, yakni Rp31.000 per kilogram.
Penyebab Harga Telur Meroket
Harga telur ayam di toko sembako di Jakarta telah menembus angka Rp 30.000 per kilogram. Sedangkan untuk harga di level warung, terpantau lebih mahal, mencapai Rp32.000 per kilogram.
Presiden Peternak Layer Nasional (PLN) Ki Musbar Mesdi membeberkan penyebab meroketnya harga komoditas tersebut.
Menurutnya, hal ini disebabkan belum seimbangnya antara rantai pasok (supply) dan permintaan (demand).
Ki Musbar Mesdi mengungkapkan, dari sisi supply yakni peternak ayam petelur, masih belum pulih sepenuhnya imbas pukulan pandemi yang terjadi sejak 2020-2021.
Pada rentang waktu tersebut, daya beli masyarakat turun dan membuat harga telur juga ikut-ikutan turun.
Sejumlah hotel hingga restoran yang kerap menyerap pasokan telur dalam jumlah besar, harus berhenti beroperasi imbas adanya pengetatan mobilitas masyarakat.
Yang pada akhirnya banyak peternak yang gulung tikar, alias bangkrut.
"Efek turunnya aktivitas ekonomi membuat peternak yang tidak kuat bertahan menjadi bangkrut," ucap Ki Musbar Mesdi saat dihubungi Tribunnews, Minggu (21/8/2022).
"Selama 2 tahun tersebut diperkirakan (populasi) ayam yang memproduksi telur turun 30 persen. Hal ini memberikan dampak luar biasa (terhadap rantai pasok)," sambungnya.
Sementara itu dari sisi permintaan (demand) telur, kini sedang mengalami peningkatan yang cukup signifikan seiring pulihnya perekonomian pasca pandemi.
Ditambah lagi, Pemerintah mempunyai program bantuan sosial (bansos) dalam bentuk komoditas pangan, salah satunya telur.
Hal ini semakin membuat permintaan telur ayam dari peternak meningkat pesat.
"Khusus pada semester II-2022 ini, permintaan meningkat. Sedangkan suplai telur dari peternak belum pulih," papar Ki Musbar Mesdi.
"Di satu sisi, pemerintah membantu masyarakat kecil dengan bansos. Bentuk bansos ini menyebabkan harga telur ini melonjak. Karena suplai ke pasar juga terganggu," paparnya.
Selain gangguan pada rantai pasok dan permintaan, kenaikan harga komoditas telur juga terdampak oleh faktor naiknya tarif listrik dan peralihan bahan bakar minyak (BBM) mobil logistik angkutan telur.
Yang semula mobil pengangkut menggunakan BBM jenis Premium, kini harus menggunakan Pertalite.
"Mobil untuk angkutan telur itu kan pakai premium awalnya, tapi akhirnya pakai Pertalite. Itu aja udah membuat harga telur naik berapa persen. Ditambah lagi ada kenaikan tarif listrik dan ada lagi kenaikan LPG," pungkas Ki Musbar Mesdi.(*)
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.