Setuju Kenaikan Harga BBM Bersubsidi, Asal Harga Pantas dengan Kondisi Ekonomi Saat Ini
Pemerintah dikabarkan tengah mempertimbangkan kenaikan harga BBM bersubsidi dalam upaya menjaga kesehatan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN
Penulis: Chaerul Umam
Editor: Johnson Simanjuntak
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Pemerintah dikabarkan tengah mempertimbangkan kenaikan harga BBM bersubsidi dalam upaya menjaga kesehatan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) 2022.
Diketahui, pemerintah telah mengalokasikan subsidi energi sebesar Rp 502 triliun atau naik dari rencana awal yang hanya Rp 170 triliun. Sementara, harga BBM penugasan pertalite masih ditahan di level Rp 7.650 per liter dan solar bersubsidi Rp 5.150 per liter.
Menanggapi rencana pemerintah menaikan harga BBM subsidi, Anggota DPR RI Rudi Hartono Bangun setuju dengan langkah pemerintah yang akan menaikan harga BBM subsidi agar keuangan negara tidak jebol.
"Setuju saja dengan pertimbangan harga yang pantas dan kondisi ekonomi saat ini, serta mempertimbangkan keuangan negara agar tidak jebol," kata Rudi saat dihubungi, Rabu (24/8/2022).
Meski mendukung langkah pemerintah, namun legislator Partai Nasional Demokrat (NasDem) itu menyarankan agar pemerintah tetap hati-hati, serta mempertimbangkan dampak ekonomi usai kenaikan harga BBM.
“Kenaikan solar dan Pertalite harus penuh kehati-hatian dan mempertimbangkan dampak ekonomi dan sosial bagi rakyat,” ucapnya.
Baca juga: Partai Mahasiswa Indonesia: Kenaikan Harga BBM Bersubsidi akan Perparah Ekonomi Masyarakat
Anggota Komisi VI ini menuturkan, Indonesia merupakan salah satu negara dengan harga BBM termurah jika dibandingkan dengan negara-negara lain.
Pasalnya, sejauh ini pemerintah telah mengalokasikan anggaran sebesar Rp 502 triliun untuk mensubsidi BBM jenis solar dan Pertalite.
“Memang kita ketahui beban subsidi sangat tinggi jika dibandingkan dengan negara tetangga lain, dan beban tersebut membuat berat APBN untuk alokasi pembangunan dan infrastruktur,” katanya.
Anak buah Surya Paloh ini juga mengakui pemerintah dalam posisi dilema, dimana ekonomi Indonesia baru saja pulih pasca dihantam pandemi Covid-19 selama dua tahun, dan pastinya kenaikan harga BBM ini akan berpengaruh besar pada pertumbuhan ekonomi Indonesia.
“Tapi di satu sisi kondisi ekonomi yang baru pulih dan mulai tumbuh, dengan kenaikan BBM akan berdampak juga pada pertumbuhan yang sedang berjalan,” ujarnya.
“Daya beli masyarakat akan menurun kembali dan harga harga barang akan naik karena beban dari kenaikan BBM tersebut,” lanjutnya.
Sebelumya, Direktur Eksekutif Energy Watch Mamit Setiawan mengaku sepakat jika pemerintah memutuskan harga BBM naik. Tujuannya, guna mengurangi beban uang negara dalam menanggung subsidi dan kompensasi.
"Rencana pemerintah untuk melakukan penyesuaian harga BBM subsidi sudah tepat dan tidak terelakkan, sebagai dampak dari kenaikan harga minyak mentah dunia," kata Mamit Setiawan
Ia memandang melalui kenaikan ini dapat mengurangi beban subsidi energi yang saat ini sangat tinggi. Dengan begitu, subsidi bisa dialihkan secara langsung kepada masyarakat miskin dan sektor lain yang membutuhkan seperti pendidikan hingga kesehatan.
"Sudah cukup saatnya kita membakar uang kita dijalan," ujarnya.
Sebagaimana diketahui, Presiden Jokowi mengatakan harga BBM di Indonesia termurah bila dibandingkan dengan negara lain. Salah satunya harga BBM di Amerika Serikat (AS) yang tembus Rp19.400 per liter dan Singapura mencapai Rp 33.000 per liter.