Drama Sambo dari Duren Tiga ke Kursi Pesakitan: Bimbinglah Putri Chandrawati ke Jalan Terang
Dari awal, logika publik bertanya, apakah seorang ajudan bakal berani masuk kamar istri jenderal, lalu melecehkan?
Editor: cecep burdansyah
Padahal sejatinya, seorang pengacara memberikan jalan hukum yang terang agar Putri tidak divonis berat, bukan mengikuti kemauan Putri yang terus ingin bersembunyi, yang malah jadi bomerang bisa mendapatkan vonis berat.
Kandas
Pada akhirnya cerita rekaan Putri dan Sambo berantakan semua. Sambo ditetapkan sebagai tersangka otak di balik tewasnya Brigadir Yoshua, yaitu menyuruh Bharada Richard Eliezer melakukan penembakan ke Yoshua. Begitu pula cerita rekaan Putri Chandrawati perihal pelecehan seksual kandas di Bareskrim Polri.
Lalu bagaimana perasaan Kapolda Metro Jaya Fadil Imran yang berpelukan dengan Sambo, anggota Dewan Pers Yadi Hendriana yang meminta media memberitakan tewasnya Yoshua hanya dari sumber kepolisian?
Bagaimana pula Seksolog Zoya Amirin yang ikut menyangsikan sikap kritis publik terhadap drama Putri setelah laporan kasus pelecehan seksual Putri dipatahkan Bareskrim?
Juga, bagaimana akademisi Fahmi Alamsyah?
Paling tidak, sikap profesionalisme mereka jadi taruhan dan publik akan mencatat rekam jejak mereka.
Dalam pandangan saya, Putri Chandrawati yang sudah jadi tersangka, tak ada pilihan lain selain membuka diri. Ia akan lebih gentle dengan memberi kesaksian sejurjur-jujurnya kepada penyidik mengenai apa yang terjadi di tempat kejadian perkara, dan bagaimana keterkaitan dirinya.
Kalau Putri terus bersembunyi dengan dalih trauma, ia akan terpojok dari dua sisi. Secara hukum ia harus mempertanggungjawabkan perbuatannya. Lalu di mata publik, Putri akan mendapat citra sebagai anggota bhayangkari yang membebani institusi kepolisian.
Peran pengacara keluarga Sambo sangat penting menuntun dan membimbing Putri ke arah jalan yang terang. Jangan biarkan Putri bersembunyi terus dari publik. Berikan nasihat bahwa ia akan bekerja sama dengan penyidik dan memberikan informasi sejelas-jelasnya. Muncullah ke publik dan minta maaf bahwa ia telah merekayasa cerita. Inilah saatnya ia berani bertanggung jawab atas apa yang terjadi. Sebenar-benarnya. Seterang-terangnya.
Dengan memilih jalan ini, hukuman mungkin tak akan seberat dibanding ia terus bersembunyi dan merekaysa cerita. Kemuncullannya ke publik pun akan disambut dan publik pasti berempati untuk memahami perasaannya, dan lebih jauhnya: memaafkan atas rekaan ceritanya.*