Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Drama Sambo dari Duren Tiga ke Kursi Pesakitan: Bimbinglah Putri Chandrawati ke Jalan Terang

Dari awal, logika publik bertanya, apakah seorang ajudan bakal berani masuk kamar istri jenderal, lalu melecehkan?

Editor: cecep burdansyah
zoom-in Drama Sambo dari Duren Tiga ke Kursi Pesakitan: Bimbinglah Putri Chandrawati ke Jalan Terang
Kolase Tribunnews
Patra M Zen dan Putri Chandrawati. 

Oleh: Cecep Burdansyah

Jurnalis, Pengamat Hukum

Istri Ferdy Sambo, Putri Chandrawati sudah ditetapkan sebagai tersangka pembunuhan Brigadir Yoshua. Penetapan tersangka Putri cukup berliku dan memakan waktu lama. Publik dibikin gregetan dan penasaran, apa sebetulnya yang terjadi dengan anggota bhayangkari yang penampilannya sangat sosialita ini.

Penetapan tersangka Putri diumumkan langsung oleh Irwasum Polri, Komisaris Jenderal Agung Budi Maryoto. Agung merupakan Akabri Angkatan 1987 yang pernah menjabat Kapolda Kalimantan Selatan, Sumatera Selatan dan Jawa Barat.

Munculnya berita tewasnya Brigadir Yoshua dari sebuah cerita yang sebetulnya aneh dan kurang masuk akal. Brigadir Yoshua masuk kamar, melecehkan Putri dan menodongkan pistol. Lalu datang Bharada E membela sang majikan, dan terjadi tembak menembak dengan kekalahan Brigadir Yoshua.

Dari awal, logika publik bertanya, apakah seorang ajudan bakal berani masuk kamar istri jenderal, lalu melecehkan? Selain deskripsi pelecehan seksualnya tidak jelas, keanehan lain muncul. Bharada menembakkan 5 peluru, tapi di tubuh Brigadir Yoshua terdapat tujuh luka tembak.  Dua peluru dari mana?

Keanehan lebih menggelikan, polisi mengumumkan secara deduktif, yaitu mengenai motif pelecehan seksual. Namun, fakta-fakta untuk menuju kea rah deduksi itu sungguh sumir, ngamban, sangat tidak meyakinkan.

Berita Rekomendasi

Padahal biasanya, dalam suatu peristiwa pidana, polisi sangat hati-hati untuk langsung pada kesimpulan. Yang lebih dulu digali adalah fakta-fakta dengan sangat cermat, detil, hati-hati yang menuntunnya ke arah kesmpulan. Bukan sebaliknya.

Sedangjkan Irjen Ferdy Sambo dengan cepat meredam menyembunyikan fakta lalu langsung merekaya cerita. Ia panggil Kapolres Jakarta Selatan dan satuan reskrimnya, anggota LPSK, mendatangi Dewan Pers meminta agar media berempati. Yang lebih sinetron lagi, menangis berpelukan dengan Kapolda Metro Jaya Irjen Fadil Imran.

Banyak pihak yang tergiring permainan Sambo. Anggota Dewan Pers yang didatangi pengacara keluarga Sambo 15 Juli, keesokan harinya mengeluarkan pernyataan agar media memberitakan kasus tewasnya Brigadir Yoshua dari sumber resmi kepolisian.

Fahmi Alamsyah, seorang akademisi yang jadi staf ahli atau penasihat Kapolri juga terseret permainan. Dalam pengakuannya ke media, ia hanya menyusun draft sesuai pemintaan Ferdy Sambo untuk disampaikan ke media. Sedangkan media ramai memberitakan Fahmi ikut merekayasa cerita. Akhirnya dia mundur dari jabatannya sebagai penasihat Kapolri.

Putri Chandrawati pun secara resmi melaporkan kasus pelecehan seksual ke Bareskrim Polri dengan terlapor Brigadir Yoshua.

Zoya Amirin, psikolog jebolan UI yang kemudian dikenal sebagaj seksolog juga kemakan permainan Sambo. Ia menyayangkan publik meragukan Brigadir Yoshua melecehkan putri, padahal itulah motif yang memicu terjadinya penembakan.

Tentu saja pengacara keluarga Sambo pun ikut tergiring cerita rekaan Sambo. Sampai sekarang, pasca penetapan Sambo dan Putri, pengacara Sambo tidak banyak muncul ke publik dan mengeluarkan pernyataan.

Padahal sejatinya, seorang pengacara memberikan jalan hukum yang terang agar Putri tidak divonis berat, bukan mengikuti kemauan Putri yang terus ingin bersembunyi, yang malah jadi bomerang bisa mendapatkan vonis berat.

Kandas

Pada akhirnya cerita rekaan Putri dan Sambo berantakan semua. Sambo ditetapkan sebagai tersangka otak di balik tewasnya Brigadir Yoshua, yaitu menyuruh Bharada Richard Eliezer melakukan penembakan ke Yoshua. Begitu pula cerita rekaan Putri Chandrawati perihal pelecehan seksual kandas di Bareskrim Polri.

Lalu bagaimana perasaan Kapolda Metro Jaya Fadil Imran yang berpelukan dengan Sambo, anggota Dewan Pers Yadi Hendriana yang meminta media memberitakan tewasnya Yoshua hanya dari sumber kepolisian?

Bagaimana pula Seksolog Zoya Amirin yang ikut menyangsikan sikap kritis publik terhadap drama Putri setelah laporan kasus pelecehan seksual Putri dipatahkan Bareskrim?

Juga, bagaimana akademisi Fahmi Alamsyah?

Paling tidak, sikap profesionalisme mereka jadi taruhan dan publik akan mencatat rekam jejak mereka.

Dalam pandangan saya, Putri Chandrawati yang sudah jadi tersangka, tak ada pilihan lain selain membuka diri. Ia akan lebih gentle dengan memberi kesaksian sejurjur-jujurnya kepada penyidik mengenai apa yang terjadi di tempat kejadian perkara, dan bagaimana keterkaitan dirinya.

Kalau Putri terus bersembunyi dengan dalih trauma, ia akan terpojok dari dua sisi. Secara hukum ia harus mempertanggungjawabkan perbuatannya. Lalu di mata publik, Putri akan mendapat citra sebagai anggota bhayangkari yang membebani institusi kepolisian.

Peran pengacara keluarga Sambo sangat penting menuntun dan membimbing Putri ke arah jalan yang terang. Jangan biarkan Putri bersembunyi terus dari publik. Berikan nasihat bahwa ia akan bekerja sama dengan penyidik dan memberikan informasi sejelas-jelasnya. Muncullah ke publik dan minta maaf bahwa ia telah merekayasa cerita. Inilah saatnya ia berani bertanggung jawab atas apa yang terjadi. Sebenar-benarnya. Seterang-terangnya.

Dengan memilih jalan ini, hukuman mungkin tak akan seberat dibanding ia terus bersembunyi dan merekaysa cerita. Kemuncullannya ke publik pun akan disambut dan publik pasti berempati untuk memahami perasaannya, dan lebih jauhnya: memaafkan atas rekaan ceritanya.*

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas