Ferdy Sambo 'Ngeprank' Kapolri Dengan Sumpah dan Air Mata, Sayang Jenderal Listyo Tak Percaya
Kapolri menyebut bahwa dalang pembunuhan tersebut, Irjen Ferdy Sambo melakukan berbagai cara untuk membohonginya, agar lepas dari jeratan hukum.
Editor: Hendra Gunawan
“Saya tanyakan karena saya akan proses ini sesuai fakta, jadi kalau kira-kira peristiwa tidak seperti itu ceritakan, tapi kalau seperti itu nanti kita buktikan sesuai fakta,” tuturnya.
Kapolri mengaku dua kali menanyakan hal tersebut kepada Ferdy Sambo.
Namun, Ferdy Sambo selalu membantah mengenai keterlibatannya dalam kematian sang ajudan di rumah dinasnya tersebut.
Belakangan, setelah kesaksian demi kesaksian dan bukti demi bukti terungkap, Ferdy Sambo akhirnya mengakui keterlibatan dalam pembunuhan Brigadir J.
Baca juga: Pemeriksaan Lie Detector Diundur Hari kamis, Ferdy Sambo Diperiksa soal Obstruction of Justice Besok
Penyidik Ketakutan
Kapolri Jenderal Listyo Sigit Prabowo mengungkapkan bahwa penyidik mengalami ketakutan saat menangani kasus pembunuhan berencana terhadap Brigadir Nofriansyah Yosua Hutabarat atau Brigadir J di Rumah Dinas Ferdy Sambo.
Listyo menyebut, para penyidik takut bila nanti berhadapan dengan mantan Kadiv Propam Irjen Ferdy Sambo.
"Kami lihat bahwa penyidik pun saat itu sempat takut,” ujarnya.
“Sempat takut karena ada bahasa-bahasa bahwa mereka semua nanti akan berhadapan dengan yang bersangkutan,” imbuhnya.
“Sehingga dari situ kami putuskan 25 orang yang pada saat itu, termasuk yang bersangkutan (Ferdy Sambo) untuk kami mutasi demosi dan kami ganti dengan pejabat yang baru," kata Listyo Sigit Prabowo seperti dikutip dari Kompas Tv.
Menurut Kapolri, setelah Ferdy Sambo dinonaktifkan, barulah kasus pembunuhan berencana tersebut secara perlahan mulai terbongkar.
"Alhamdulillah begitu kami ganti waktu itu proses mulai berjalan lancar, mulai terbuka. Kemudian kejanggalan-kejanggalan yang pada saat itu kami dapat itu mulai bisa terjawab. Utamanya memang pada saat itu kami mulai/start masalah perkenaan atau pun temuan balistik di TKP yang berbeda dengan apa yang dia sampaikan," katanya.
Kapolri tidak memungkiri bahwa kasus pembunuhan berencana terhadap Brigadir J merupakan pukulan bagi Polri, dimana saat ini sedang memperbaiki citra institusi.
Menurutnya, pada saat hasil survei awal, Polri di angka 74 persen, sehingga kemudian dengan melaksanakan berbagai program transformasi menuju Polri yang presisi pada saat itu.