Cara Kerja Lie Detector, Alat yang Digunakan untuk Memeriksa Tersangka Kasus Brigadir J
Berikut penjelasan mengenai alat lie detector dan cara kerjanya. Alat ini digunakan untuk memeriksa tersangka kasus pembunuhan Brigadir J
Penulis: Pondra Puger Tetuko
Editor: Facundo Chrysnha Pradipha
TRIBUNNEWS.COM - Simak cara kerja Lie Detector, alat pendeteksi kebohongan dalam artikel ini..
Belakangan, Lie Detector menjadi sorotan seiring dengan kasus penyelidikan pembunuhan Brigadir J, ajudan yang tewas di rumah eks Kadiv Propam Polri, Ferdy Sambo.
Alat ini digunakan Bareskrim Polri unutuk memeriksa tersangka pembunuhan, yakni Ferdy Sambo, Putri candrawathi, Bharada E, Bripka RR, dan Kuat Maruf.
Lie detector atau poligraf merupakan instrumen yang memantau reaksi dan kondisi fisiologis dari seseorang saat itu.
Adapun sebelum seseorang diperiksa menggunakan lie detector, dipastikan dalam kondisi sehat dengan bukti hasil tes kesehatan.
Baca juga: POPULER Nasional: Hasil Lie Detector Ferdy Sambo | 3 Isu Jelang Pergantian Panglima TNI
Meski lie detector dikenal sebagai alat mendeteksi kebohongan, sebenarnya alat ini hanya mendeteksi apakah perilaku bohong dari seseorang sedang ditampilkan.
Dengan mendeteksi fisiologis seseorang dari tekanan darah, suhu badannya naik, detak jantungnya naik, dan sebagainya.
"Uji kebohongan tidak dapat secara khusus mendeteksi apakah seseorang berbohong," ungkap polygrapher Dr Bob Lee, mantan direktur eksekutif operasi di Axciton Systems, produsen instrumen poligraf, dikutip dari people.howstuffworks.
Baca juga: Hasil Pemeriksaan Lie Detector Ferdy Sambo dan Putri Candrawathi, Tak akan Diumumkan ke Publik
Berikut cara kerja Lie detector atau Poligraf
Uji poligraf merupakan proses panjang yang dibagi menjadi beberapa tahap, seperti:
- Pretest
Pretest terdiri dari wawancara antara pemeriksa dan seseorang yang diperiksa menggunakan lie detector.
Pada tahap ini, pemeriksa mendapatkan sisi atau posisi dari seseorang yang diuji melalui cerita tentang peristiwa yang sedang diselidiki.
Sementara seseorang yang diperiksa itu duduk menjawab pertanyaan, pemeriksa juga membuat profil seseorang itu.
Pemeriksa akan melihat bagaimana seseorang tersebut merespon pertanyaan dan memproses informasi, berlangsung sekitar satu jam.
- Desain pertanyaan
Pemeriksa merancang pertanyaan yang sangat spesifik untuk masalah yang sedang diselidiki dan meninjau pertanyaan itu kepada seseorang yang sedang diperiksa menggunakan lie detector.
Baca juga: Sama Seperti Putri Candrawathi, Hasil Uji Lie Detector Ferdy Sambo Tak Diumumkan ke Publik
- In-test
In test yakni ujian yang sebenarnya diberikan.
Pemeriksa mengajukan 10 atau 11 pertanyaan, hanya tiga dari empat pertanyaan yang relevan dengan masalah atau kejahatan yang diselidiki.
Pertanyaan lainnya adalah pertanyaan kontrol, yakni pertanyaan yang sangat umum.
- Post-test
Pemeriksa melakukan analisis data dari respons fisiologis dan menentukan apakah seseorang itu sedang bohong atau tidak.
Jika ada fluktuasi yang muncul dalam hasil tersebut, hal ini menandakan bahwa seseorang tersebut telah berbohong.
Terutama jika orang tersebut menunjukkan respons yang sama terhadap pertanyaan yang diajukan berulang kali.
Ada waktunya pemeriksa salah mengartikan reaksi seseorang terhadap pertanyaan tertentu.
Ada dua cara respons yang disalahartikan, yakni:
Positif palsu - Respons orang yang jujur dianggap menipu.
Negatif palsu - Respons dari orang yang menipu pasti akan jujur.
Kritik terhadap ujian poligraf mengatakan bahwa lebih banyak kesalahan positif palsu terjadi yang membuat sistem bias terhadap orang yang jujur.
Kesalahan ini mungkin terjadi jika pemeriksa tidak mempersiapkan peserta ujian dengan benar atau jika pemeriksa salah membaca data setelah ujian.
(Tribunnews.com/Pondra Puger)