Sejarah Hari Ini: Bom di Bursa Efek Jakarta Tahun 2000
Bursa Efek Jakarta pernah terkena serangan bom pada September 2000. Simak sejarah Bursa Efek Jakarta di artikel ini.
Penulis: Widya Lisfianti
Editor: Garudea Prabawati
TRIBUNNEWS.COM - Bursa Efek Jakarta (BEJ) atau Jakarta Stock Exchange (JSX) adalah suatu bursa saham di Jakarta, Indonesia.
Bursa Efek Jakarta merupakan salah satu bursa tempat dimana orang memperjualbelikan efek di Indonesia.
Bursa Efek Jakarta pernah terkena serangan bom pada 14 September 2000.
Hal ini memicu kebakaran besar yang menyebabkan serangkaian ledakan saat sejumlah mobil dibakar.
Banyak dari korban adalah sopir yang menunggu bos pialang saham mereka selesai bekerja.
Mengutip ABC.net.au, sepuluh orang tewas dan belasan lainnya luka-luka setelah sebuah bom mobil mengoyak ruang parkir bawah tanah Bursa Efek Jakarta.
Baca juga: BEI: Pekan Ini, Rata-rata Nilai Transaksi Harian Bursa Naik Jadi Rp15,28 Triliun
Reporter ABC saat itu (14/9/2000), Mark Bowling mengatakan, kejadian tersebut merupakan ledakan keempat di Jakarta dalam dua bulan terakhir.
Sementara itu, BBC News melaporkan, dua orang pria dijatuhkan hukuman masing-masing 20 tahun karena terlibat dalam serangan bom di Bursa Efek Jakarta, (20/8/2001).
Saat menjatuhkan hukuman, Hakim Rosmandani Ahmad mengatakan kedua pria itu secara ilegal "menerima, menyimpan, membawa dan menggunakan bahan peledak".
Sejarah Bursa Efek Jakarta
Mengutip unkris.ac.id, BEJ berawal dengan diretasnya suatu bursa saham oleh pemerintah Hindia Belanda pada 1912 di Batavia.
Setelah sempat tutup sebagian kali karena terjadinya perang, BEJ kembali diretas pada 1977 di bawah pengawasan Bapepam.
Pada 13 Juli 1992, BEJ diprivatisasi dengan diproduksi susunannya PT. Bursa Efek Jakarta.
Selanjutnya pada 1995, perdagangan elektronik di BEJ dimulai.
Setelah sempat jatuh ke bertambah kurang 300 poin pada saat-saat krisis, BEJ mencatat rekor tertinggi baru pada awal tahun 2006 setelah mencapai level 1.500 poin berkat beradanya sentimen positif dari dilantiknya presiden baru, Susilo Bambang Yudhoyono.
Peningkatan pada tahun 2004 ini sekaligus menciptakan BEJ menjadi salah satu bursa saham dengan kinerja terbaik di Asia pada tahun tsb.
Pada tahun 2007 BEJ melaksanakan merger dengan Bursa Efek Surabaya dan beralih nama menjadi Bursa Efek Indonesia.
Penggabungan ini menjadikan Indonesia hanya memilki satu pasar modal.
(Tribunnews.com, Widya)