Berduka Atas Tragedi Kanjuruhan, BMK 1957 Dukung Sikap Jokowi Evaluasi Menyeluruh Pelaksanaan Liga 1
BMK 1957 juga menyoroti sistem manajemen pengamanan aparat keamanan yang menggunakan gas air mata untuk menghalau suporter yang masuk ke dalam lapanga
Editor: Hasanudin Aco
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Barisan Muda Kosgoro 1957 (BMK 1957) menyampaikan duka cita mendalam kepada keluarga korban tragedi di Stadion Kanjuruhan, Kabupaten Malang, Jawa Timur.
BMK 1957 juga mendesak agar tragedi kemanusiaan yang menyebabkan ratusan suporter meninggal dunia usai pertandingan sepakbola antara Arema FC dan Persebaya di Stadion Kanjuruhan itu diusut hingga tuntas.
"BMK 1957 menyampaikan duka cita yang mendalam kepada keluarga korban, pun kepada korban luka yang saat ini sedang dirawat. Ini adalah tragedi kemanusiaan, hari yang kelam dalam sejarah olahraga Indonesia," kata Ketua Umum BMK 1957, Kemas Ilham Akbar, dalam keterangannya di Jakarta, Minggu (2/10/2022).
BMK 57, kata Kemas Ilham Akbar, juga mendukung langkah Presiden Joko Widodo yang menginstruksikan kepada Menpora, Kapolri dan Ketua Umum PSSI untuk melakukan evaluasi menyeluruh tentang pelaksanaan pertandingan sepak bola dan juga prosedur pengamanan penyelenggaraannya.
“Semua yang bersalah harus mempertanggungjawabkan perbuatannya. Usut sampai tuntas. Ini soal nyawa manusia, hak hidup ratusan orang yang melayang begitu saja pasca-pertandingan sepakbola," ujarnya.
Menurut Kemas Ilham Akbar, investigasi secara intensif dan holistik terhadap tragedi ini mutlak dilakukan, mulai dari panitia penyelenggara, organisasi suporter klub, pihak kepolisian, pemerintah daerah setempat dan PSSI.
"Sehingga, ke depan harus ada perbaikan yang signifikan dari sisi regulasi sehingga kejadian serupa tidak terulang lagi," katanya.
BMK 1957 juga menyoroti sistem manajemen pengamanan aparat keamanan yang menggunakan gas air mata untuk menghalau suporter yang masuk ke dalam lapangan.
"Penembakan gas air mata ke arah tribun penonton ini menyalahi prosedur yang telah ditetapkan FIFA," jelasnya.
Baca juga: Perintahkan secara Langsung PSSI untuk Hentikan Liga 1, Jokowi: Saya Harap Ini Tragedi Terakhir
Pada bagian lain, Kemas Ilham Akbar juga menyarankan perlunya melibatkan pimpinan suporter untuk menertibkan para pendukungnya.
"Tragedi ini jadi pelajaran buat kita semua para suporter. Kita boleh fanatik sama tim sepakbola tapi tidak harus seperti ini. Apalagi sampai ada korban jiwa ratusan nyawa yang meninggal dunia. Harusnya sepakbola menjadi olahraga pemersatu kita semua, apalagi saat ini prestasi sepakbola kita sedang bangkit namun ternoda oleh peristiwa berdarah tragedi Kanjuruhan ini," katanya.