Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Soroti Protap Polisi, Tragedi Kanjuruhan Disebut Jadi Sejarah Terburuk Persepakbolaan Tanah air

Meninggalnya ratusan penonton sepak bola pasca laga Arema FC vs Persebaya di Stadion Kanjuruhan, membuat Ulama Muda Jatim, M. Habibi angkat bicara.

Penulis: Fransiskus Adhiyuda Prasetia
Editor: Wahyu Aji
zoom-in Soroti Protap Polisi, Tragedi Kanjuruhan Disebut Jadi Sejarah Terburuk Persepakbolaan Tanah air
ISTIMEWA
Ulama Muda Jawa Timur, M. Habibi 

Laporan Wartawan Tribunnews.com, Fransiskus Adhiyuda

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Meninggalnya ratusan penonton sepak bola pasca laga Arema FC vs Persebaya di Stadion Kanjuruhan, membuat Ulama Muda Jatim, M. Habibi angkat bicara.

Tragedi yang dikabar menewaskan kurang lebih 180 orang ini disebut-sebut merupakan peristiwa memalukan dunia pesepakbolaan Indonesia.

Habibi mengatakan, bahwa korban tewas bukan karena suporter yang turun ke lapangan, melainkan karena panik saat aparat menembakkan gas air mata ke arah tribun.

Ia menjelaskan bahwa gas yang membuat mata sakit dan dada sesak membuat para penonton berusaha menyelamatkan diri keluar. Namun karena pintu terlalu kecil dan tak ada jalur evakuasi, mereka saling berhimpitan hingga kehabisan nafas.

Padahal, aturan dalam dunia persepakbolaan dengan tegas melarang penggunaan gas air mata di dalam stadion.

"Sesuai Aturan FIFA penggunaan gas air mata saat pertandingan sepak bola memang dilarang. FIFA menulis aturan dengan pasal 19 b soal pengaman di pinggir lapangan. Bunyinya, 'No firearms or 'crowd control gas' shall be carried or used (senjata api atau 'gas pengendali massa' tidak boleh dibawa atau digunakan)," kata Habibi, Senin (3/10/2022).

Berita Rekomendasi

"Tapi Fakta di lapangan kenapa polisi cara menyelesaikanya dengan menembakan gas air mata ke beberapa Tribun? Padahal hal tersebut sudah menyalahi aturan FIFA. Ataukah polisi tidak tau protap pertandingan sepak bola nasional?," imbuhnya.

Ia juga mengatakan bahwa Kapolda Jatim dan Kapolres Malang harus bertanggung jawab dengan adanya tragedi ini.

Dan di sinilah Kapolri Jenderal Listyo Sigit Prabowo harus tegas menindak anak buahnya. Karena polisi sebagai penanggung jawab penuh keamanan selama pertandingan.

"Apalagi menurut kabar yang saya dengar, Nico selaku Kapolda Jatim tidak terlihat di lokasi. ini fatal sekali. Kejadian seperti ini tapi Kapolda tak terlihat," ucapnya.

Baca juga: Kandungan Gas Air Mata, Berikut Efek dan Cara Mengatasinya

Selain itu, ia juga menilai Ketum PSSI Mochammad Iriawan juga harus mengundurkan diri dari jabatanya.

"Harusnya malu dan sadar diri, pasalnya tragedi kanjuruhan merupakan Sejarah terburuk di persepakbolaan Tanah air. Kita bisa lihat usia sepak bola negara kita ini sudah tidak muda lagi, harusnya skema pertandingan dan keamanan penonton harus menjadi perhatian khusus," jelasnya.

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas