KADIN Luncurkan Program RFBSH untuk Dorong Multiusaha Sektor Kehutanan
ADIN mengadakan Dialog New York Climate Week dengan tema Regenerative Forest Business Sub Hub yang turut menghadirkan aktor bisnis bidang kehutanan.
Penulis: Ilham Rian Pratama
Editor: Wahyu Aji
"Transisi yang sedang dialami Indonesia ini membutuhkan banyak dukungan berbagai pihak untuk memastikan perubahan untuk pertumbuhan hijau dan GGGI siap bekerja dengan pemerintah dan multi donor,” katanya.
Sependapat dengan pandangan Krisdianto mengenai transformasi paradigma menuju multiusaha kehutanan, Purwadi Soeprihanto selaku Sekretariat Jenderal Pengelolaan Hutan Tanaman Lestari APHI turut membagikan pandangannya bahwa saat ini terdapat dua tantangan yang dihadapi dalam transisi menuju paradigma multiusaha kehutanan, yaitu sulitnya mengubah konsesi manajemen kayu ke manajemen nonkayu atau komoditas campuran dan tantangan dalam meyakinkan pemilik konsesi untuk mengoptimalkan produk non kayu sehingga sektor kehutanan dapat lebih kompetitif.
Baca juga: Ketua Umum Kadin: Pertumbuhan Ekonomi Global Tahun Ini Diperkirakan Melambat Menjadi 2,9 Persen
"Saat ini KADIN sedang membuat hub untuk hutan regeneratif dengan harapan program ini bisa memfasilitasi multiusaha kehutanan dan menghadapi pemilihan komoditas sebab pengembangan komoditas dan multiusaha kehutanan tidak bisa dipisahkan dari upaya penanganan kehutanan yang berkelanjutan,” katanya.
Selaras dengan paparan dari pembicara lainnya, Rizal Algamar selaku Dewan Filantropi Indonesia menambahkan bahwa untuk mengimplementasikan multiusaha kehutanan melalui governance multi stakeholder diperlukan pembiayaan untuk mengakselerasi pembangunan inklusif di lapangan.
"Saat ini masih terdapat kesenjangan di sektor kehutanan dan masih sedikitnya bank dari sektor swasta yang membiayai produk bersih dan hijau di Indonesia. Blended financing dan dana hibah dapat menjadi alternatif untuk memfasilitasi lebih banyak modal swasta/venture capital berinvestasi pada tahap awal untuk tujuan keberlanjutan lingkungan," ujarnya.
Dalam dekade terakhir, Indonesia telah berhasil mengurangi deforestasi untuk meningkatkan pertumbuhan hijau dan aksi korporasi untuk upaya non-deforestasi.
Oleh karena itu merupakan saat yang tepat untuk meluaskan pertumbuhan hijau melalui praktik-praktik kehutanan.
Menekankan pada pentingnya kolaborasi dan aksi kolektif, pada penghujung dialog, Silverius Oscar Unggul menutup dialog tersebut dengan mengatakan bahwa ke depannya akan banyak dilakukan proyek perintis untuk konsesi perhutanan Indonesia terkait bisnis regeneratif kehutanan.
Baca juga: Hasil Kompendium Bali Penguatan UMKM, Kadin Indonesia: Kami Siap Dukung
“Besar harapan akan ada cara baru untuk mendukung sektor kehutanan lebih untuk lebih berlanjut dan memberikan dampak positif bagi masyarakat dan negara,” katanya.