Tragedi Kanjuruhan, Komnas HAM Kupas Tuntas Soal Obat Ternak, Sepatu dan Tembakan Gas Air Mata
Komnas HAM kupas tuntas soal temuan obat ternak sapi, sepatu berserakan di stadion sampai tembakan gas air mata.
Penulis: Theresia Felisiani
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Komnas HAM membeberkan temuan hasil investigasi tragedi Kanjuruhan, Malang.
Dalam konferensi persnya, Rabu (12/10/2022) Komnas HAM turut mengungkap beragam temuan di lapangan.
Seperti temuan botol yang diduga miras ternyata berisi obat ternak sapi.
Lalu Komnas HAM juga menelusuri mengapa banyak sepatu berserakan pasca-Tragedi Kanjuruhan.
Termasuk soal detik-detik tembakas gas air mata dilontarkan hingga akhirnya menewaskan 132 orang dalam tragedi kanjuruhan.
Komnas HAM Pastikan Cairan yang Ditemukan Terkait Tragedi Kanjuruhan Ternyata Bukan Miras Tapi Obat untuk Ternak Sapi
Komnas HAM buka suara soal temuan dua kardus yang diduga berisi minuman keras (miras) pasca Tragedi Kanjuruhan.
Komisioner Bidang Penyelidikan dan Pemantauan Komnas HAM Choirul Anam mengatakan, cairan yang dimasukkan ke dalam botol plastik berbagi varian warna itu bukanlah minuman keras.
Anam menyebut, cairan tersebut merupakan obat untuk peternak sapi yang dibuat Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM).
"Memang itu UMKM semacam UMKM gitu memproduksi untuk pengobatan sapi," kata Anam kepada awak media di Kantor Komnas HAM, Menteng, Jakarta Pusat, Rabu (12/10/2022).
Seluruh cairan obat untuk ternak sapi itu kata Anam ditemukan di Kantor Dinas Pemuda dan Olahraga (Dispora) Malang.
Anam menyebutkan, kantor Dispora itu sendiri berada satu kawasan dengan Stadion Kanjuruhan Malang.
Kata dia, dua kardus itu memang sengaja dititipkan pihak UMKM untuk nantinya disebarkan ke Jakarta.
"Ya itu ada pemesanan ada pemesanan ada komunikasi soal pemesanan dan mau dikembangkan soal usahanya," ucap dia.
Saat ini kata Anam, keseluruhan cairan itu sudah diserahkan ke Laboratorium Forensik untuk nantinya didalami kandungan serta manfaatnya.
"Ya kalau yang dimaksud teman-teman itu soal yang di kardus dua kardus itu yang sekarang di labfor kami juga menelusurinya," kata Anam.
Temuan Banyak Sepatu Berserakan di Kanjuruhan
Komisi Nasional Hak Asasi Manusia (Komnas HAM) mendapat banyak temuan sepatu usai tragedi Kanjuruhan Malang.
Komisioner Komnas HAM Choirul Anam mengatakan banyak sisa-sisa bekas lemparan sepatu yang tertinggal di Stadion Kanjuruhan Malang.
“Kami juga heran kok banyak sepatunya tertinggal di dalam stadion, ternyata itu, lempar pakai sepatu,” kata kata Choirul Anam dalam konferensi pers di Jakarta, Rabu (12/10/2022).
Bersamaan, Komisioner Komnas HAM Beka Ulung Hapsara menyebutkan bahwa sepatu yang berserakan itu digunakan untuk dilemparkan ke arah lapangan, yang juga menunjukkan perlawanan kepada aparat keamanan yang menembakkan gas air mata ke arah tribun.
“Senjata untuk melawan sebetulnya. Ketidakberdayaan itu, sehingga sepatu yang dipakai,” kata Beka.
Lebih lanjut Anam mengatakan kekisruhan suporter Arema di Stadion Kanjuruhan disebabkan oleh tembakan gas air mata ke tribun penonton.
“Kami sampai detik ini mengatakan bahwa pemicu dari jatuhnya banyak korban adalah gas air mata. Khususnya gas airmata yang ditembakkan ke tribun,” tuturnya.
Temuan Komnas HAM: Tembakan Gas Air Mata Pertama Kanjuruhan Pukul 22.08 WIB ke Arah Tribune Selatan
Temuan Komisi Nasional Hal Asasi Manusia (Komnas HAM) mencatat tembakan gas air mata pertama kali di Stadion Kanjuruhan terjadi pada pada pukul 22.08 WIB atau sekitar 20 menit setelah pertandingan Arema FC vs Persebaya selesai.
Dalam konferensi pers pada Rabu (12/10/2022) Komisioner Komnas HAM Choirul Anam menyebut tembakan pertama tersebut diarahkan kepada penonton di tribun selatan Stadion Kanjuruhan.
Menurut Choirul Anam, hal tersebut berdasarkan penyelidikan dan pemantuan Komnas HAM terhadap Tragedi Kanjuruhan yang dilakukan sejak 2 Oktober 2022.
"Gas air mata ditembakkan ke tribune selatan pukul 22.08.59 WIB," kata Anam dalam jumpa pers, Rabu (12/10/2022).
Ia menerangkan, kondisi stadion tergolong aman dan terkendali pada 14-20 menit setelah laga Arema vs Persebaya selesai.
Akan tetapi, setelah itu, kericuhan pun terjadi.
Baca juga: Polri Klaim Gas Air Mata Kedalawarsa Tak Mematikan, Kenapa Wajah Jenazah Tragedi Kanjuruhan Biru ?
Anam menegaskan, Komnas HAM tetap pada kesimpulan awal bahwa Tragedi Kanjuruhan yang mengakibatkan 132 orang tewas itu, dipicu oleh tembakan gas air mata.
Namun demikian, Komnas HAM mengaku belum dapat memastikan jumlah tembakan gas air mata yang dilontarkan polisi pada malam itu.
Sebab, hal tersebut masih harus mencocokkan berbagai keterangan lainnya.
Anam menyampaikan, temuan awal ini berasal dari video eksklusif yang diambil oleh suporter Arema sebelum tewas.
Video ini dinilai krusial untuk menunjukkan bahwa gas air mata yang ditembakkan polisi berdampak langsung pada berhamburannya suporter dalam jumlah besar menuju pintu keluar, sedangkan pintu keluar terbuka kecil.
Para suporter kemudian terjebak dalam kondisi sesak napas akibat terpapar gas air mata, berdesakan, dan sebagian akhirnya meregang nyawa.
"Jadi memang video ini sangat krusial," ujar Anam.
Anam mengaku, pihaknya telah memperoleh data dan dokumentasi yang rinci mengenai jenis senjata serta gas air mata yang ditembakkan pada Tragedi Kanjuruhan.
Dia menambahkan, selongsong gas air mata yang ditemukan Komnas HAM ketika melakukan pemantauan langsung, masih menyebabkan efek panas dan perih di mata.
Selain itu, dari hasil penyelidikan dan pemantauan sementara Komnas HAM, ditemukan pula fakta bahwa tembakan gas air mata bukan hanya ditembakkan ke sisi depan tribune, melainkan jauh hingga tribune bagian atas.
Komnas HAM Lakukan Uji Selongsong Gas Air Mata yang Didapat Usai Tragedi Kanjuruhan ke Laboratorium
Komisi Nasional Hak Asasi Manusia (Komnas HAM) mengaku mendapati beberapa selongsong gas air mata pasca tragedi di Stadion Kanjuruhan, Malang.
Hal itu didapati setelah Komnas HAM melakukan investigasi pada 2-10 Oktober 2022 di lokasi.
Setelahnya, saat ini Komnas HAM memastikan telah mengirim selongsong gas air mata tersebut untuk diuji.
"Dengan menguji gas air mata, kita ingin melihat apa yang terkandung, zat kimia yang terkandung di sana, dan bagaimana efeknya terhadap kesehatan," kata Komisioner Komnas HAM Choirul Anam, saat jumpa pers di Kantor Komnas HAM, Rabu (12/10/2022).
Anam menyatakan, saat tim investigasi Komnas HAM mendapatkan beberapa selongsong gas air mata di Stadion Kanjuruhan itu, beberapa di antaranya masih panas.
"Itu dari jarak 30 cm masih terasa pedih di mata, terus beberapa yang megang juga di tangannya (masih terasa, red) panas" ucap dia.
Baca juga: Gas Air Mata Tragedi Kanjuruhan Dibawa ke Jakarta, TGIPF: Kalau Kedaluwarsa Itu Pelanggaran
Lebih lanjut kata dia, upaya untuk mengirim selongsong gas air mata tersebut ke laboratorium karena guna mengetahui dampak benda yang membuat ribuan Aremania itu panik.
Hal itu didasari karena, sebagian orang yang terkena gas air mata saat tragedi itu mengalami kejang-kejang dan tidak bisa membuka mata berhari-hari serta menampilkan bercak warna merah.
"Kami tidak punya kemampuan meneliti kandungannya apa. Kami tidak bisa mengidentifikasi, makanya kami bekerjasama dengan teman-teman di Malang sana termasuk laboratoriumnya," tukas Anam.
Komnas HAM Beberkan Penyebab Jatuhnya Banyak Korban Jiwa Tragedi Kanjuruhan
Komisi Nasional Hak Asasi Manusia atau Komnas HAM mengungkap temuan awal tragedi Kanjuruhan Malang.
Tim Pemantauan dan Penyelidikan Komnas HAM melakukan serangkaian kegiatan dari 2-10 Oktober 2022 atau sehari setelah tragedi yang menewaskan 132 orang itu.
Komisioner Komnas HAM Choirul Anam menjelaskan awal mula penyebab jatuhnya banyak korban jiwa dalam peristiwa nahas itu.
Dia mengatakan tembakan gas air mata ke arah Tribun Selatan Stadion Kanjuruhan pada pukul 22.08 WIB jadi awal mula penonton berhamburan keluar.
Penembakan gas air mata ke Tribun Selatan itu juga disebut jadi titk krusial yang mengakibatkan banyak korban meninggal dunia.
"Penembakan gas air mata pertama kali ditembakkan ke tribun selatan 22.08 WIB. Dan titik krusial yang mengakibatkan banyak yang meninggal, lalu timbul dinamika sehingga stadion jadi ricuh," ungkap Choirul Anam dalam konferensi pers di Jakarta, Rabu (12/10/2022).
Menurut dia hal itu bisa dilihat dari video-video kunci dan saksi dan investigasi yang diperoleh Komnas HAM.
"Berdasarkan video kunci dan beberapa keterangan saksi dari yang selamat, ada juga yang pingsan, disandingkan dengan video kami punya," paparnya.
"Sepanjang pengetahuan kami (video) ini belum terpublikasi. Video ini krusial, bisa merekam sejak di tribun, dan dia sendiri bagian dari (Aremania) yang meninggal," sebutnya.
Kronologi Kejadian
Kerusuhan maut terjadi pascalaga Arema FC Vs Persebaya Surabaya di Stadion Kanjuruhan, Malang, Jawa Timur, dalam lanjutan Liga 1 pada 1 Oktober 2022 lalu.
Kejadian tersebut memakan korban jiwa 132 orang, termasuk dua anggota Polri.
Tragedi ini menjadi viral di media sosial dan disorot sejumlah media asing.
Untuk mengusut kasus ini pemerintah membentuk Tim Gabungan Independen Pencadi Fakta (TGIPF) yang dipimping langsung Menteri Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan (Menko Polhukam) Mahfud MD.
TGIPF telah memeriksa sejumlah pihak terkait yang dianggap bertanggungjawab atas Tragedi Kanjuruhan.
Rencananya hasil sementara temuan TGIPF akan dilaporkan ke Presiden Jokowi Jumat lusa. (tribun network/thf/Tribunnews.com)
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.