Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Tempuh Perjalanan Darat dan Laut, Masyarakat Adat Kasepuhan Banten Hadiri KMAN VI di Papua

Kongres Masyarakat Adat Nusantara (KMAN) VI di Wilayah Adat Tabi di Papua yang akan dibuka Senin 24 Oktober besok

Editor: Choirul Arifin
zoom-in Tempuh Perjalanan Darat dan Laut, Masyarakat Adat Kasepuhan Banten Hadiri KMAN VI di Papua
dok. Pemkab Jayapura
Tokoh Masyarakat Adat Kasepuhan, Hendriana Hatrawijaya, hadir di acara Kongres Masyarakat Adat Nusantara VI di wilayah adat Tabi, Papua. 

Lebih lanjut, Kang Noci mengatakan, perjalanan spiritual yang dia tempuh akan diawali dengan ritual adat di Kasepuhan Cisungsang.

Persiapan ritual biasanya dilakukan dua atau tiga hari sebelum ia berangkat ke Papua.

“Nanti ada ritual dulu. Saya akan menghadap abah (ketua adat di dalam Masyarakat Adat Kasepuhan) untuk melakukan ritual dan ada pembekalan spiritual dari Kasepuhan. Setelah itu, baru melakukan perjalanan hingga ke Papua,” ungkapnya.

Baca juga: Pertemuan Perempuan Adat Pertama di Indonesia di Tanah Tabi, Bupati Jayapura Sebut Ini Momen Langka

Ia mengaku, akan ada dua benda yang dibawanya dalam perjalanan, yakni kemenyan dan panglai (sejenis umbi-umbian mirip jahe).

“Itu syarat ketika kita mau berangkat ke mana pun. Setelah ritual dan dibekali dua benda ini, kemenyan dan panglai, lalu kedua benda dibawa pimpinan rombongan sampai Papua,” katanya.

Kang Noci menambahkan, sesampainya di Papua, kemenyan yang dibawa itu akan dibakar. Kemudian, ia diwajibkan untuk menyampaikan salam kepada ketua adat setempat. Menurutnya, proses ini menjadi bagian dari syarat.

“Itu harus (dilakukan) karena spiritualnya itu mengkoneksikan satu kelompok dengan kelompok yang lain. Ketika kita berangkat dari Banten dan dibekali oleh Kasepuhan di sini, maka itu harus sampai di sana (Papua),” paparnya.

Berita Rekomendasi

Kang Noci menerangkan, makna dari perjalanan spiritual itu adalah adanya keterhubungan yang kuat antara satu masyarakat adat tertentu dan masyarakat adat yang lain.
Ia memaknai arti filosofis perjalanan spiritual yang akan dijalankannya tersebut sebagai suatu koneksi di antara sesama masyarakat adat di mana pun di dunia ini.

“Itu akan kita buktikan dalam perjalanan ini,” ungkapnya.

Dengan diiringi sedikit canda, Kang Noci menegaskan, perjalanan itu dia lakukan bukan karena komunitas masyarakat adatnya tidak mampu membeli tiket pesawat.

"Kami ingin menjalin suatu keterhubungan masyarakat adat yang beda pulau di Nusantara, bahkan beda negara jika memungkinkan," tuturnya.

Baca juga: Kontingen KMAN Asal Sulawesi Tengah Tiba di Jayapura, Kesan Pertama: Papua Tanah Surga

Rute Perjalanan Spiritual

Kang Noci dan rekannya direncanakan akan berangkat pada 10 atau 11 Oktober 2022 dari Banten.

Halaman
123
Sumber: Kompas.com
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas