G20, Indonesia Pimpin Pembangunan Kolaborasi Global
G20 merepresentasikan lebih dari 60% populasi bumi, 75% perdagangan global, dan 80% PDB dunia.
Editor: Bardjan
*Stabilisasi Politik Global*
Konflik geopolitik yang ditandai dengan perang antara Rusia dan Ukraina kembali dibahas dalam forum G20. Kali ini, Indonesia mengungkapkan seperti apa sikapnya.
Usai melakukan pertemuan tingkat menteri dalam G20 Development Ministerial Meeting 2022 yang diadakan di Belitung, Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional/Kepala Bappenas Suharso Monoarfa mengatakan konflik geopolitik sedang berlangsung turut menjadi perhatian para anggota G20.
Pasalnya, hal itu telah berimplikasi negatif dan menjadi tantangan dalam agenda pembangunan masing-masing negara. Menurutnya, diperlukan langkah maju yang kolaboratif antara seluruh negara.
"Oleh karena itu, multilateralisme yang lebih inklusif dan optimal dibutuhkan dengan segera untuk menyelaraskan negara-negara tersebut dalam proses perumusan aksi kolektif," katanya.
Suharso juga mengungkapkan posisi Indonesia dalam menyikapi isu yang mencuat tersebut. Menurutnya, perlu pendekatan khusus dalam menghadapi isu yang dinilai sensitif tersebut.
Dia menuturkan Indonesia mengambil pendekatan yang tidak menyudutkan negara tersebut dan memberi ruang bagi para delegasi untuk memahami isu tersebut dengan caranya masing-masing.
"Jadi kita tidak menggunakan kata-kata yang bisa memberi pengaruh yang kurang menyenangkan bagi anggota G20 yang lainnya, tetapi juga tidak memberikan kalimat yang membuat superior yang lainnya," tuturnya.
Suharso mengeklaim cara Indonesia menjadi yang terbaik dalam menyikapi konflik geopolitik tersebut.
Sebelumnya, dalam side event forum antarmenteri pembangunan tersebut, isu perang sempat disinggung oleh Menteri Kerja Sama Pembangunan dan Kerja Sama Nordik Denmark Flemming Møller Mortensen.
Menurutnya, krisis global yang terjadi terus diperparah oleh perang di Ukraina akibat serangan Rusia ke negara tersebut. Dia pun menyebut perang tersebut tidak adil.
"Perang yang tidak adil di Ukraina telah secara dramatis meningkatkan harga energi dan makanan, mengirimkan gelombang kejutan ke seluruh dunia," ujarnya.