Lapangan Kerja Minim, Pemuda Diharapkan Tampil dengan Soft Skill
Dalam membantu menyelesaikan masalah lapangan pekerjaan di Indonesia, pemuda perlu banyak melatih soft skill
Penulis: Rina Ayu Panca Rini
Editor: Erik S
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Rina Ayu
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA- Beberapa tahun belakangan, kesempatan bekerja tidak sebanding dengan pencari kerja.
Dalam dunia kerja, soft skill dan hard skill sangat dibutuhkan. Soft skill sendiri berhubungan dengan kepribadian seseorang yang dibutuhkan untuk mencapai performa maksimal dalam suatu pekerjaan.
Baca juga: Kemenko PMK: G20 Tingkatkan Jumlah Kunjungan Wisman dan Buka Lapangan Kerja Hingga 700 Ribu Orang
Country President AIESEC 2020 - 2021 Kessy A Sembiring memaparkan, dalam membantu menyelesaikan masalah lapangan pekerjaan di Indonesia, pemuda perlu banyak melatih soft skill.
Misalnya saja adalah skill kepemimpinan.
Juga kecerdasan dalam mengelola soft skill membuat pemuda bisa lebih adaptif. Kehadiran komunitas pun menjadi wadah yang amat baik untuk mengasah kemampuan soft skill ini.
Ditambahkan, pelaku Seni Tari dan peran sekaligus influencer Dhea Seto, jika melihat kenyataan yang ada sekarang, banyak masyarakat masih belum bisa memaksimalkan soft skill.
Misal, dalam bidang pendidikan, masyarakat masih banyak yang belum bisa memilih sendiri pendidikan yang mereka kehendaki untuk dijalani. Pendidikan non formal dan informal pun masih dianggap sebelah mata.
Padahal Undang-Undang Sisdiknas sudah jelas mengatur bahwa pendidikan dibagi menjadi tiga bagian: Pendidikan Formal, Non Formal dan Informal.
Baca juga: Atasi Masalah Ketenagakerjaan, Airlangga Hartarto Dorong Ciptakan Lapangan Kerja Baru Lewat UMKM
Untuk itu, masyarakat perlu melatih diri untuk mengurangi stigma dan membiarkan masyarakat bertumbuh dinamis untuk memaksimalkan potensi dirinya terutama jika berbicara dalam konteks pendidikan.
Inisiator Indonesia Bergerak sekaligus Founder Water Network Initiative Erbi Setiawan mengajak anak muda untuk lebih kompak dan bersinergi walau berasal dari daerah yang berbeda-beda.
“Anak Muda itu punya kekuatan lebih besar untuk membuat perubahan. Tidak harus selalu sejalan seirama,justru perbedaan pendapat menjadi bagian menarik dari proses perjuangan membangun Indonesia," harap Erbi.
Lebih lanjut, konsekuensi kerusakan alam di Indonesia 50 persen berupa banjir yang banyak disebabkan oleh alih fungsi lahan yang tidak terkendali.
Kenyataan ini bisa berdampak pada sosial ekonomi Indonesia.
Baca juga: Mahasiswa Didorong Berwirausaha, Teten Masduki: Tak Perlu Cari Kerja Tapi Buka Lapangan Kerja
Meski menduduki peringkat ke-7 ekonomi terbesar di dunia, namun gaji rata - rata penduduk Indonesia yang hanya sebesar 2,89 juta rupiah.
“Sebagai pemuda kita harus pandai memaknai kondisi saat ini.Misal, saat pandemi kita diajarkan bahwa manusia akan kembali ke ranah paling utama dalam kehidupanya, yaitu keluarga. Sehingga, memperkuat peran dan fungsi keluarga Indonesia untuk menjadi inti utama pembangunan menjadi kunci penting," kata Koordinator PPI Dunia Achyar Al Rasyid.