Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Profil Presiden UEA, Mohamed bin Zayed Al Nahyan, Beri Hadiah Masjid Raya Sheikh Zayed untuk Jokowi

Profil presiden UEA, Sheikh Mohamed bin Zayed Al Nahyan yang berikan hadiah berupa Masjid Raya Sheikh Zayed di Solo untuk Presiden Jokowi.

Penulis: Lanny Latifah
Editor: Tiara Shelavie
zoom-in Profil Presiden UEA, Mohamed bin Zayed Al Nahyan, Beri Hadiah Masjid Raya Sheikh Zayed untuk Jokowi
Tribunnews/HO/Biro Pers Setpres
Presiden Joko Widodo (kiri) tiba di Istana Al-Shatie, Abu Dhabi, Uni Emirat Arab (UEA), Rabu (3/11/2021) siang waktu setempat. Presiden Jokowi disambut langsung Putra Mahkota Abu Dhabi dan Wakil Panglima Tertinggi Angkatan Bersenjata UEA, Sheikh Mohamed bin Zayed Al Nahyan. Tribunnews/HO/Biro Pers Setpres 

Diwartakan Tribunnews.com sebelumnya, Sheikh Mohamed menjadi pangeran mahkota Abu Dhabi pada tahun 2004.

Kemudian, ia dilantik menjadi deputi komandan tertinggi Pasukan Angkatan Darat UEA pada 2005, setelah kematian ayahnya, Zayed bin Sultan Al Nahyan.

Ia juga sempat menjabat sebagai penasihat khusus Presiden UEA, mendiang Sheikh Khalifa, kakaknya.

Pada tahun 2014, Sheikh Mohammed menjadi penguasa de facto Abu Dhabi dan mengatur segala kebijakan UEA, karena Sheikh Khalifa menderita stroke.

Atas kepemimpinannya, Sheikh Mohammed beberapa kali dinobatkan sebagai pemimpin yang kuat.

Baca juga: Tiba di Abu Dhabi, Jokowi Diagendakan Salat Jumat Berjamaah dengan Presiden UEA

Pada tahun 2019, The New York Times menobatkannya sebagai penguasa Arab paling kuat dan paling berkuasa di Bumi.

Selain itu, ia juga masuk dalam jajaran 100 Most Influential People tahun 2019 versi majalah Time.

Berita Rekomendasi

Dilansir Al Jazeera, Sheikh Mohammed (61) berhasil mengubah militer UEA maju dalam segi teknologi, perdagangan minyak, hingga punya pengaruh luas secara internasional. 

Mantan utusan Amerika Serikat (AS) untuk UEA, Barbara Leaf, menilai Sheikh Mohammed memiliki pandangan bahwa penguasa Teluk Arab tidak bisa lagi mengandalkan pendukung utamanya yakni AS.

Pemikiran itu muncul terutama setelah Washington mengabaikan Hosni Mubarak di Mesir, selama Arab Spring 2011.

Sheikh Mohamed mengeluarkan peringatan "tenang dan dingin" kepada Presiden AS saat itu, Barack Obama, untuk tidak mendukung pemberontakan yang dapat menyebar dan membahayakan pemerintahan dinasti Teluk.

Menurut memoar Obama, Sheikh Mohammed digambarkan sebagai "Pemimpin Teluk paling cerdas".


Sementara seorang pejabat Departemen Luar Negeri AS yang bertugas di pemerintahan Biden, yang memiliki hubungan penuh dengan UEA dalam beberapa bulan terakhir, menggambarkannya sebagai ahli strategi yang membawa perspektif sejarah ke dalam diskusi.

"Dia akan berbicara tidak hanya tentang masa sekarang, tetapi kembali ke tahun, dekade, dalam beberapa kasus, berbicara tentang tren dari waktu ke waktu," kata pejabat itu.

(Tribunnews.com/Latifah/Ika Nur Cahyani)

Sumber: TribunSolo.com
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas