Profil Presiden UEA, Mohamed bin Zayed Al Nahyan, Beri Hadiah Masjid Raya Sheikh Zayed untuk Jokowi
Profil presiden UEA, Sheikh Mohamed bin Zayed Al Nahyan yang berikan hadiah berupa Masjid Raya Sheikh Zayed di Solo untuk Presiden Jokowi.
Penulis: Lanny Latifah
Editor: Tiara Shelavie
TRIBUNNEWS.COM - Simak inilah profil presiden Uni Emirat Arab (UEA), Sheikh Mohamed bin Zayed Al Nahyan.
Diketahui, beliau memberikan hadiah untuk Presiden Jokowi berupa Masjid Raya Sheikh Zayed di Solo.
Masjid Raya Sheikh Zayed Solo dibangun di bekas Depo Pertamina Jalan Ahmad Yani, Gilingan, Banjarsari dengan luas lahan 3,65 hektar.
Masjid Raya Sheikh Zayed Solo ini merupakan replika dari Sheikh Zayed Grand Mosque di Abu Dhabi, UEA.
Peresmian Masjid Raya Sheikh Zayed akan dilakukan besok, Senin (14/11/2022).
"Peresmiannya (Masjid Raya Sheikh Zayed) tanggal 14 November," kata Wali Kota Solo Gibran Rakabuming Raka, Kamis (10/11/2022) dikutip dari Kompas.com.
Gibran menambahkan, peresmian itu akan dilakukan Presiden Jokowi setelah pulang dari lawatannya di Kamboja.
"Pulang dari Kamboja langsung (peresmian)," ungkap dia.
Baca juga: Angkasa Pura Supports Lakukan Pembersihan Masjid Raya Sheikh Zayed Jelang Diresmikan Presiden UEA
Profil Sheikh Mohamed bin Zayed Al Nahyan
Sheikh Mohamed bin Zayed Al Nahyan atau yang kerap disapa dengan inisial MBZ ini lahir pada 11 Maret 1961.
MBZ secara resmi terpilih menjadi Presiden UEA pada Sabtu (14/5/2022).
Ia menjabat sebagai Presiden UEA ke-3, menggantikan kakak tirinya, Sheikh Khalifah bin Zayid Sultan al-Nahyan yang meninggal dunia pada Jumat (13/5/2022).
Sheikh Mohammed adalah putra ketiga dari Zayed bin Sultan Al Nahyan, Presiden Uni Emirat Arab pertama dan penguasa Abu Dhabi, dengan istri ketiganya, Sheikha Fatima bint Mubarak Al Ketbi.
Ia dan saudara kandungnya dikenal sebagai Bani Fatima atau putra-putra dari Fatima.
Diwartakan Tribunnews.com sebelumnya, Sheikh Mohamed menjadi pangeran mahkota Abu Dhabi pada tahun 2004.
Kemudian, ia dilantik menjadi deputi komandan tertinggi Pasukan Angkatan Darat UEA pada 2005, setelah kematian ayahnya, Zayed bin Sultan Al Nahyan.
Ia juga sempat menjabat sebagai penasihat khusus Presiden UEA, mendiang Sheikh Khalifa, kakaknya.
Pada tahun 2014, Sheikh Mohammed menjadi penguasa de facto Abu Dhabi dan mengatur segala kebijakan UEA, karena Sheikh Khalifa menderita stroke.
Atas kepemimpinannya, Sheikh Mohammed beberapa kali dinobatkan sebagai pemimpin yang kuat.
Baca juga: Tiba di Abu Dhabi, Jokowi Diagendakan Salat Jumat Berjamaah dengan Presiden UEA
Pada tahun 2019, The New York Times menobatkannya sebagai penguasa Arab paling kuat dan paling berkuasa di Bumi.
Selain itu, ia juga masuk dalam jajaran 100 Most Influential People tahun 2019 versi majalah Time.
Dilansir Al Jazeera, Sheikh Mohammed (61) berhasil mengubah militer UEA maju dalam segi teknologi, perdagangan minyak, hingga punya pengaruh luas secara internasional.
Mantan utusan Amerika Serikat (AS) untuk UEA, Barbara Leaf, menilai Sheikh Mohammed memiliki pandangan bahwa penguasa Teluk Arab tidak bisa lagi mengandalkan pendukung utamanya yakni AS.
Pemikiran itu muncul terutama setelah Washington mengabaikan Hosni Mubarak di Mesir, selama Arab Spring 2011.
Sheikh Mohamed mengeluarkan peringatan "tenang dan dingin" kepada Presiden AS saat itu, Barack Obama, untuk tidak mendukung pemberontakan yang dapat menyebar dan membahayakan pemerintahan dinasti Teluk.
Menurut memoar Obama, Sheikh Mohammed digambarkan sebagai "Pemimpin Teluk paling cerdas".
Sementara seorang pejabat Departemen Luar Negeri AS yang bertugas di pemerintahan Biden, yang memiliki hubungan penuh dengan UEA dalam beberapa bulan terakhir, menggambarkannya sebagai ahli strategi yang membawa perspektif sejarah ke dalam diskusi.
"Dia akan berbicara tidak hanya tentang masa sekarang, tetapi kembali ke tahun, dekade, dalam beberapa kasus, berbicara tentang tren dari waktu ke waktu," kata pejabat itu.
(Tribunnews.com/Latifah/Ika Nur Cahyani)