Update Gempa Cianjur: Korban Meninggal Dunia Capai 162 Orang, 115 Gempa Susulan Terjadi
Jumlah korban meninggal dunia akibat gempa di Cianjur mencapai 162 orang. Sementara hingga Selasa pagi, ada 115 gempa susulan yang tercatat.
Penulis: Wahyu Gilang Putranto
Editor: bunga pradipta p
Lalu dari 00.00 WIB hingga 02.00 WIB dini hari tadi, BMKG Wilayah 2 melalui Twitter resminya menyebut terjadi sembilan kali gempa susulan.
Terbaru, pada Selasa (22/11/2022) pukul 05.00 WIB, total gempa susulan berjumlah 115 gempa.
BMKG mengimbau masyarakat tetap tenang dan tidak terpengaruh oleh isu yang tidak dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya.
"Kami juga mengimbau agar menghindari dari bangunan yang retak atau rusak diakibatkan oleh gempa susulan," kata Rahayu.
"Jika akan ada warga yang tetap tinggal di dalam rumah, direkomendasikan untuk diperiksa dan pastikan bangunan tempat tinggal anda cukup tahan gempa, ataupun tidak ada kerusakan akibat getaran gempa yang membahayakan kestabilan bangunan sebelum anda kembali ke dalam rumah," imbuhnya.
Karakteristik Sumber Gempa Belum Diketahui
Sementara itu gempa bumi yang terjadi di Cianjur disebut bersumber dari aktivitas Sesar Cimandiri. (Baca juga: Profil Sesar Cimandiri yang Membentang dari Pelabuan Ratu Sampai Subang Pemicu Gempa Cianjur)
Dikutip dari Tribun Jabar, Kepala PVMBG, Hendra Gunawan mengatakan hingga saat ini belum diketahui karakteristik Sesar Cimandiri.
"Kejadian gempa bumi ini diakibatkan oleh aktivitas sesar aktif. Keberadaan sesar aktif tersebut hingga kini belum diketahui dengan baik karakteristiknya," ujar Hendra, dalam keterangannya, Senin (21/11/2022).
Hendra mengatakan, pusat gempa bumi pada umumnya memiliki struktur berupa dataran bergelombang, perbukitan bergelombang hingga terjal yang terletak pada bagian tenggara gunung api Gede.
"Wilayah ini secara umum tersusun oleh endapan Kuarter berupa batuan rombakan gunung api muda (breksi gunung api, lava, tuff) dan aluvial sungai," katanya.
Hendra menyebut sebagian batuan rombakan gunung api tersebut telah mengalami pelapukan.
Endapan tersebut pada umumnya bersifat lunak, lepas, belum kompak (unconsolidated) dan memperkuat efek guncangan, sehingga rawan gempa bumi.
Kemudian pada struktur perbukitan terdapat bergelombang hingga terjal yang tersusun oleh batuan yang telah mengalami pelapukan dan berpotensi terjadi gerakan tanah yang dapat dipicu oleh guncangan gempa bumi kuat dan curah hujan tinggi.
"Berdasarkan posisi lokasi pusat gempa bumi, kedalaman dan data mekanisme sumber dari BMKG dan GFZ Jerman, maka kejadian gempa bumi ini diakibatkan oleh aktivitas sesar aktif," ucapnya.
(Tribunnews.com/Gilang Putranto, Adi Suhendi) (TribunJabar.id/Dian Herdiansyah)