Enjot Kehilangan 11 Anggota Keluarga Karena Gempa Cianjur, Dengar Korban MintaTolong dari Reruntuhan
Kini Enjot mengunjungi orang-orang terkasihnya yang dirawat di rumah sakit dan mencoba membangun kembali hidupnya yang hancur.
Editor: Hasanudin Aco
Kakak iparnya dan anak-anaknya, sedang berkunjung dari desa terdekat.
Mereka sembat terjebak di puing bangunan dan berteriak untuk meminta pertolongan.
Warga yang lain mendengar teriakan mereka dari puing-puing dan menarik mereka keluar.
Wanita dan anak-anak itu menderita luka parah di kepala dan patah tulang serta dirawat di rumah sakit.
Rumah sakit pun kini kewalahan karena banyaknya korban yang harus mereka rawat.
Menurut Badan Nasional Penanggulangan Bencana, hingga Selasa malam lebih dari 265 orang tewas, ratusan hilang dan luka-luka, hampir semuanya berada di Cianjur dan sekitarnya. Jumlah korban diperkirakan masih akan meningkat.
Seperti banyak penduduk desa lainnya, Enjot mati-matian menggali puing-puing untuk mencari yang selamat dan dia berhasil menyelamatkan beberapa orang.
Tetapi jalan yang tertutup dan jembatan yang rusak membuat pihak berwenang tidak dapat membawa alat berat yang diperlukan untuk memindahkan lempengan beton yang besar dan puing-puing lainnya.
Sepanjang hari, warga meratap saat mereka menyaksikan tim penyelamat menarik tubuh berlumuran lumpur dari bangunan yang hancur, termasuk salah satu keponakan Enjot.
Tak jauh dari rumah Enjot, gempa susulan memicu tanah longsor yang menimpa rumah salah seorang kerabatnya dan menimbun tujuh orang di dalamnya.
Empat berhasil diselamatkan, tetapi dua keponakan dan seorang sepupunya tewas.
“Di desa tetangga, saudara perempuan saya, seorang sepupu dan enam kerabat lainnya tewas ketika rumah mereka runtuh,” kata Enjot.
Menghadapi kematian anggota yang tiba-tiba dan kehilangan tempat tinggal, Enjot bertanya-tanya apa yang akan terjadi selanjutnya.
Dia bersama ribuan orang lainnya kini harus tinggal di tenda atau tempat penampungan sementara lainnya yang didirikan oleh para sukarelawan.