Satu Per Satu Petinggi PSI Mengundurkan Diri, Terbaru Rian Ernest, Inikah Penyebabnya?
Satu per satu elite Partai Solidaritas Indonesia (PSI) mengundurkan diri. Terbaru Rian Ernest mundur dari PSI.
Editor: Hasanudin Aco
Managing Director of Paramadina Public Policy Institute Ahmad Khoirul Umam saat itu mengatakan, partai-partai tersebut masih belum menemukan selling points yang bisa mereka tawarkan kepada pemilih.
"Tidak ada sisi pembeda, termasuk dalam aspek narasi, platform, visi-misi, hingga ketokohan kuat," kata Umam kepada Kompas.com, Selasa (21/6/2022).
Padahal menurut Umam, ketokohan mampu mendorong mereka mengembangkan kekuatan jaringan dan infrastruktur partai secara signifikan.
Umam juga mengingatkan bahwa kualitas dan kapasitas ketokohan sangat menentukan elektabilitas partai.
"Mampukah tokoh itu menjawab ekspektasi publik dan mampu memposisikan diri dengan kalkulasi yang tepat dalam berbagai perdebatan publik," ujarnya.
Apabila tidak mampu menjawab ekspektasi publik, tokoh yang diharapkan tersebut justru bisa menggerus kepercayaan publik secara signifikan.
Akibat dari semua itu, partai-partai non-Senayan tersebut mengalami stagnasi elektabilitas dari Pemilu ke Pemilu selanjutnya.
Ia pun menyarankan agar mereka memikirkan ulang strategi internal mereka.
"Termasuk membuka potensi merger dengan sesama partai kecil lainnya agar mampu mengonsolidasikan kekuatan politik untuk menembus Parliamentary Threshold 4 persen," jelas dia.
"Langkah itu relevan untuk dipertimbangkan supaya suara rakyat yang diperoleh tidak mubazir," tutupnya.
PSI Anti Anies?
Selama ini PSI dikenal partai yang tidak mendukung Anies Baswedan.
PSI lebih mendukung Ganjar Pranowo pada Pilpres 2024.
Terkait hal itu, Menurut Direktur Arus Survei Indonesia, Ali Rif'an, antara PSI dan Anies Baswedan sebenarnya punya irisan suara yang hampir mirip.
Yakni kelas perkotaaan dan kelas terdidik.
"Mundurnya sejumlah petinggi PSI dan dukung Anies Baswedan itu tidak mengagetkan. Figur Anies itu justru sebenarnya malah mirip kayak representasi PSI dalam tanda kutip ya," kata Ali kepada Kompas.TV, Selasa (6/11/2022).
"Kalau dari platform dan cara berpolitik gagasan, salah satu ceruk kelas menengah terdidik itu digarap PSI dan Itu juga yang mewakili Anies," sambungnya.
Ia lantas menyebut faktor politik di Pilkada DKI membuat keduanya berseberangan.
"Kalau Anies yang dulu, ia dikenal sebagai intelektual dan mewakili kelas menengah terdidik seperti PSI. Anies itu kelas menengah. Ibarat musik, ia pop bukan musik dangdut," paparnya.
Maka dari itu pilihan PSI untuk mendukung Ganjar Pranowo alih-alih ke Anies Baswedan meskipun irisan suara hampir sama bisa ia pahami.
PSI, kata Ali, yang sudah mendapatkan ceruk kota, sedang berusaha mendapatkan massa yang lebih ke 'dangdut', demi meloloskan efek ekor jas bagi partainya lolos ke DPR RI.
"Ibarat musik, PSI harus lebih mengarah ke dandgut dan itu di Ganjar Pranowo. Masyarakat menggemari. Secara demografi, masyarakat kita masih menengah ke bawah dominan bawah," jelasnya.
"Kalau Anies agak elite. Kalau bicara ia masuk cluster perkotaan. PSI cenderung ceruk perkotaaan. Kalau PSI bisa lolos senayan, PSI harus bergeser dan dukung Ganjar," sebutnya.
Sumber: Tribunnews.com/Kompas.com/Kompas.TV