Mana yang Lebih Baik, Penyebutan Tuna Runggu Atau Tuli? Begini Penjelasannya
Penyebutan tunarungu, kaga Panji merupakan perspektif dari medis atau dari kedokteran.
Penulis: Aisyah Nursyamsi
Editor: Erik S
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Aisyah Nursyamsi
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA- Sebagian besar masyarakat kita masih menggunakan istilah tunarungu pada seseorang yang tidak bisa mendengar.
Beberapa orang menghindari penyebutan 'tuli' karena dianggap kasar.
Baca juga: Tanggapi Sikap Mensos Risma, Orangtua Anak Penyandang Disabilitas Tuli: Itu Menyakiti Saya
Namun sebenarnya mana yang lebih baik, penyebutan tuna rungu atau tuli?
Menurut tutor Tuli dari tim Parakerja Muhammad Andika Panji, justru penyebutan tuli lebih tepat.
Penyebutan tunarungu, kaga Panji merupakan perspektif dari medis atau dari kedokteran.
Tuna artinya rusak, dan rungu artinya pendengaran.
Jadi kalau diartikan, tunarungu bermakna rusak pendengaran dan itu harus diperbaiki.
"Lalu apakah bisa diperbaiki seperti dicopot dan dikembalikan lagi? Bukan seperti itu," ungkapnya pada acara media gathering Jhonson & Jhonson bertajuk 'Day of Mindfulness and Inclusivity’ di Jakarta, Kamis (15/12/2022).
Baca juga: Gandeng Teman Tuna Rungu dan Tuna Wicara, Desainer Cilik Akeyla Kembangkan Kampung Batik Karawang
Penggunaan kata tunarungu seakan sesuatu yang rusak dan bisa diperbaiki menggunakan alat lalu bisa sembuh.
Padahal sebagian orang yang tidak bisa mendengar, tidak dapat ditangani secara medis.
Maka penggunaan tuli, lebih tepat dan menjadi sebuah identitas.
"Memang pemberian dari Tuhan, karena memang manusia tidak ada yang sempurna juga, tapi tetap bersemangat menjalani hidup. Tuli ini adalah sebuan identitas dan budaya bagi kami," papar Panji lagi.
Baca juga: Dibesarkan Ibu Tuna Rungu hingga Kerja Serabutan: Kisah Demetrious Johnson Raih Sukses dalam MMA
Selain itu kata Panji, masyarakat tuli lebih nyaman digunakan atau dipanggil tuli.
Hanya saya kebanyakan masyarakat Indonesia memang masih menggunakan kata tunarungu karena belum menyadari.
"Kami komunitas tuli masih memperjuangkan untuk penyebutan kata tuli masuk dan disahkan ke depannya. Itu yang kami harapkan," tegasnya.
Ia pun berharap masyarakat bisa menghormati, mengakui dan melindungi teman-teman disabilitas, termasuk teman tuli.
Lebih lanjut, acara media gathering bertemakan ‘Day of Mindfulness and Inclusivity’ yang diselenggarakan Johnson & Johnson Indonesia diadakan dalam rangka memperingati Hari Penyandang Disabilitas Internasional atau Hari Difabel Internasional.
Baca juga: Merias Pengantin Tuna Rungu, MUA Ini Tak Kuasa Menahan Air Mata dan Harus Gunakan Bahasa Isyarat
Masih pada acara yang sama, Johnson & Johnson Indonesia mengajak rekan-rekan media untuk mengenal salah satu dari bahasa isyarat yang umum digunakan kelompok tuli di Indonesia, yaitu Bahasa Isyarat Indonesia (BISINDO).
Sesi ini juga mengenalkan sekilas perbedaan BISINDO dengan Sistem Bahasa Isyarat Indonesia (SIBI) maupun Bahasa Isyarat Amerika atau American Sign Language (ASL).
Acara media gathering ini juga didukung oleh Precious One, Social Impact Entrepreneur dan Parakerja.
Keduanya merupakan Platform Pendidikan untuk penyandang Disabilitas & non Disabilitas.
Keberadaan Parakerja dan Precious One adalah agar kelompok disabilitas memiliki kesetaraan dalam aspek pendidikan, aksebilitas dan pekerjaan.
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.