Yandri Susanto: Mungkin yang Pilih PAN Tidak Banyak, Tapi Kalau Disurvei Caleg Akan Beda Hasilnya
Wakil Ketua Umum PAN Yandri Susanto menanggapi hasil survei yang menyebut partainya pada Pemilu 2024 tak lolos parlemen threshold.
Penulis: Rahmat Fajar Nugraha
Editor: Adi Suhendi
Laporan Wartawan Tribunnews.com Rahmat W Nugraha
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Wakil Ketua Umum Partai Amanat Nasional atau PAN Yandri Susanto mengungkapkan bahwa partainya cukup unik setiap menjadi peserta Pemilu.
Dikatakan Yandri Partai PAN selalu dipilih para pemilih sebanyak 20 persen.
Sedangkan untuk caleg dari PAN sebanyak 80 Persen.
"PAN itu memang paling unik ya. Setiap Pemilu itu kalau dibandingkan suara partai yang artinya itu dibandingkan dengan suara caleg itu bedanya 80 persen dan 20 persen," kata Yandri di Kantor DPP PAN Jakarta Selatan, Minggu (18/12/2022).
"Sebanyak 80 persen pemilih memilih calon langsung contoh kayak saya di Dapil Banten 2 suara PAN cuma 20 persen, suara caleg itu 80 persen," sambungnya.
Baca juga: Sekjen PAN: Pentingnya Politik Gagasan untuk Cegah Meluasnya Politik Identitas
Kemudian Yandri mengukapkan bahwa mengapa PAN selalu mendapatkan hasil minor dalam setiap lembaga survei karena pertanyaannya mengenai partai yang dipilih.
"Mungkin yang pilih PAN memang tidak banyak tapi kalau disurvei para caleg termasuk caleg PAN akan beda hasilnya," katanya.
Yandri meminta lembaga survei menghentikan narasi PAN tidak lolos parlemen threshold.
Kemudian Yandri mengungkapkan optimisme menghadapi Pemilu 2024 mendatang.
Baca juga: Hadapi Tahun Politik 2023, PAN Minta Pemerintah Tindak Tegas Buzzer Politik Penyebar Hoax
"Tahun depan yakin PAN tambah kursi caleg kita sekarang sudah hebat-hebat. Intinya PAN itu akan beda dengan pemilu-pemilu yang lalu. Kegembiraan juga beda di internal PAN tidak ada lagi tekan menekan dan sebagainya," katanya.
Sebelumnya, hasil survei Indikator Politik Indonesia menyebutkan Partai Amanat Nasional (PAN) dan Partai Persatuan Pembangunan (PPP) terancam tak lolos ambang batas parlemen atau parliamentary threshold, yakni 4 persen pada Pemilu 2024.
Direktur Eksekutif Indikator Politik Indonesia, Burhanuddin Muhtadi mengatakan hasil survei lembaganya menemukan elektabilitas PPP menurun menjelang Pemilu 2024.
"Performa PPP jelang 2024 itu lebih buruk dibanding performa elektoral PPP menjelang pemilu 2019," kata Burhanuddin saat merilis hasil survei lembaganya secara virtual, Kamis (1/12/2022).