Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Sejarah Kembang Api Tahun Baru, Berasal dari Zaman Kuno untuk Usir Roh Jahat

Berikut sejarah kembang api tahun baru yang selalu dijadikan momen setiap akhir tahun. Ternyata, kembang api tahun baru berasal dari zaman kuno.

Penulis: Whiesa Daniswara
Editor: Garudea Prabawati
zoom-in Sejarah Kembang Api Tahun Baru, Berasal dari Zaman Kuno untuk Usir Roh Jahat
traveltriangle.com
Perayaan Tahun Baru di London, Inggris. - Inilah sejarah kembang api tahun baru yang selalu dihidupkan setiap akhir tahun. 

TRIBUNNEWS.COM - Sejarah kembang api Tahun Baru dapat disimak di dalam artikel berikut ini.

Perayaan Tahun Baru selalu identik dengan kembang api.

Kembang api berwarna-warni selalu menghiasi langit di seluruh dunia ketika waktu menunjukkan pukul 00.00, yang artinya sudah berganti tahun.

Lantas, dari mana tradisi kembang api untuk merayakan Tahun Baru?

Mengapa selalu menyalakan kembang api untuk dijadikan momen merayakan Tahun Baru?

Dikutip dari infoplease.com, ternyata kembang api berasal dari China.

Baca juga: Kumpulan Gambar Ucapan Tahun Baru 2023, Cocok Dibagikan ke Media Sosial

Orang-orang China merayakan pergantian Tahun Baru mereka dengan menyalakan kembang api.

Berita Rekomendasi

Mereka menganggap kebisingan dan api dari kembang api dapat mengusir roh jahat.

Selain itu, orang-orang China juga beranggapan kembang api sebagai bentuk membawa keburuntungan.

Awal Mula Perayaan Tahun Baru

Orang-orang memadati Times Square untuk perayaan Tahun Baru di New York City.
Orang-orang memadati Times Square untuk perayaan Tahun Baru di New York City. (timeout.com)

Perayaan paling awal yang tercatat untuk menghormati datangnya Tahun Baru berasal dari sekitar 4.000 tahun yang lalu.

Perayaan tersebut dilakukan oleh orang-orang Babilonia yang merayakan pergantian bulan baru setelah vernal equinox.

Baca juga: 25 Caption Tahun Baru 2023 dalam Bahasa Inggris, Bisa Dibagikan ke IG atau Twitter

Dikutip dari History.com, vernal equinox adalah hari di akhir Maret dengan jumlah sinar matahari dan kegelapan yang sama.

Mereka menandai kesempatan itu dengan festival keagamaan besar-besaran yang disebut Akitu.

Halaman
123
Sumber: TribunSolo.com
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas