Saksi Ahli Jelaskan Profil Psikologis Ricky Rizal: Patuh dan Kelola Emosi dengan Baik
Nathael tak menemukan kerentanan dalam diri Ricky Rizal untuk melakukan tindakan agresif, termasuk menyakiti dan membunuh seseorang.
Penulis: Ashri Fadilla
Editor: Hasanudin Aco
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Ashri Fadilla
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Ahli Psikologi Forensik dari Universitas Indonesia (UI), Nathanael Sumampouw menjelaskan beberapa karakter terdakwa Ricky Rizal secara psikologis.
Karakter tersebut diperoleh berdasarkan assesment psikologis yang telah dilakukan terhadap Ricky Rizal.
Salah satu hasilnya, Ricky Rizal disebut memiliki kepatuhan yang tinggi.
Kepatuhan tersebut merupakan kecenderungan seseorang mengikuti apa yang diminta oleh figur otoritas.
"Kepatuhan ini ketika seseorang berhadapan dengan figur otoritas. Artinya bagaimana kecenderungan seseorang mengikuti apa ya g diminta oleh pihak yang lebih punya otoritas," ujar Nathael di dalam persidangan agenda pemeriksaan saksi a de charge atau meringankan bagi terdakwa pada Senin (2/1/2023).
Baca juga: Ahli Psikologi Forensik Sebut Keterangan Ricky Rizal Berkualitas Rendah Karena Berbasis Memori
Kemudian hasil assesment juga menyebutkan bahwa Ricky memiliki kepekaan yang tinggi terhadap emosi.
Kepekaan terhadap emosi itu disebut Nathael menggambarkan bagaimana awareness saat sedang merasakan emosi tertentu.
"Bagaimana saat ini sedang merasa takut, sedih, tertekan. Termasuk emosi positif Oke saya sadar betul saat ini sedang dalam peraasaan bangga, bahagia'," katanya.
Dalam hal emosi negatif, Nathael mengaitkan dengan kemamluan mengelola rasa marah agar tidak meledak-ledak.
"Regulasi bagaimana kita mengekspresikannya. Katakanlah bagaimana memiliki rasa marah, tapi bisa kelola sehingga tidak meledak-ledak."
Selain itu, Nathael juga menyampaikan tingkat agresivitas sosok Ricky Rizal.
Sebagai ahli psikologi, Nathael tak menemukan kerentanan dalam diri Ricky Rizal untuk melakukan tindakan agresif, termasuk menyakiti dan membunuh seseorang.
"Kami menemukan tidak ada faktor risiko yang signifikan menyebabkan yang bersangkutan dengan mudah melakukan tingkah laku agresif," ujarnya.