Sri Mulyani Jawab Isu Dirinya Berpeluang Jadi Kandidat Gubernur Bank Indonesia yang Baru
Gubernur BI saat ini dijabat oleh Perry Warjiyo dan masa jabatannya akan berakhir pada Mei 2023, mendatang.
Penulis: Galuh Widya Wardani
Editor: Daryono
TRIBUNNEWS.COM - Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati menjawab isu mengenai dirinya yang masuk menjadi salah satu kandidat Gubernur Bank Indonesia (BI) yang baru.
Sebagaimana diketahui, Gubernur BI saat ini dijabat oleh Perry Warjiyo dan masa jabatannya akan berakhir pada Mei 2023, mendatang.
Menanggapi hal itu, Sri Mulyani mengatakan pemilihan Gubernur BI sudah diatur dalam Undang-undang.
"Jadi kalau mengenai Gubernur Bank Indonesia itu telah ada dalam Undang-undang, prosesnya sudah ada," kata Sri Mulyani saat konpers Hasil Rapat Komite Stabilitas Sistem Keuangan (KSSK) I Tahun 2023, Selasa (31/1/2023) dikutip dari tayangan YouTube @KemenkeuRI.
Lebih lanjut, pihaknya saat ini memilih fokus pada tugasnya dalam komite KSSK.
"Kami berempat tetap fokus mengerjakan tugas KSSK kita."
Baca juga: Dialog Bersama Pelaku Usaha, Sri Mulyani: Tantangan Ekonomi Global Sulit Tapi Masih Ada Harapan
"Karena ini tugas utama kita, yaitu menjaga stabilitas sistem keuangan dan menjaga pemulihan ekonomi," jelas Sri Mulyani.
Adapun dalam acara tersebut hadir pula Perry Wajiyo, Ketua Dewan Komisioner Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Mahendra Siregar dan Ketua Dewan Komisioner Lembaga Penjamin Simpanan (LPS ) Purbaya Yudhi Sadewa.
Masuk Nominasi Wanita Berpengaruh
Mengutip Tribunnews.com, Sri Mulyani menjadi salah satu dari tiga wanita Indonesia yang masuk dalam daftar 50 Over 50 Asia tahun 2023.
Daftar tersebut menampilkan 50 wanita berusia di atas 50 tahun yang berpengaruh dan menginspirasi generasi muda di kawasan Asia-Pasifik.
Baik di bidang teknologi, farmasi, seni, dan politik, dan lain sebagainya.
Mereka membuktikan bahwa kesuksesan bisa datang pada usia berapa pun.
Baca juga: Menkeu Sri Mulyani Tegaskan Bayar Pajak Itu Wajib, Bukan Jadi Beban
Sosok Sri Mulyani
Sebagaimana diketahui, Sri Mulyani kembali diangkat menjadi Menteri Keuangan Indonesia pada 2016.
Pada saat itu ia berusia 54 tahun.
Selama masa jabatan pertamanya, pada 2005 sampai 2010, devisa Indonesia mencapai rekor tertinggi sepanjang masa sebesar 50 miliar dolar AS.
Tentu hal ini dapat mengurangi utang pemerintah hingga 30 persen dari produk domestik bruto (PDB).
Ia juga mengawasi reformasi yang memposisikan Indonesia sebagai salah satu dari tiga negara berkembang yang ekonominya tumbuh lebih cepat sebesar 4 persen pada 2009.
Mulai 2010 hingga 2016, Sri Mulyani menjadi direktur pelaksana dan Chief Operating Officer (COO) di Bank Dunia.
Dunia banyak yang tahu mengenai Sri Mulyani, pasalnya ia dikenal karena mempromosikan kesetaraan gender dan antikorupsi.
Bahkan pada 2018, Sri Mulyani dianugerahi “Menteri Terbaik di Dunia” pada World Government Summit di Dubai.
Hingga pada 2020, ia menjadi Menteri Keuangan terbaik tahun Ini untuk Asia Timur Pasifik oleh majalah Global Markets atas perannya dalam membimbing Indonesia melalui pandemi Covid-19.
Baca juga: Menkeu Sri Mulyani Sebut Investor Tak Perlu Khawatir Investasi saat Tahun Politik di Indonesia
Bantu Bangkitkan Perekonomian
Selama bertugas, Sri Mulyani mampu meningkatkan perekonomian Indonesia.
Bahkan perekonomian Indonesia dinilai berhasil bangkit seperti saat sebelum adanya pandemi, yakni pada tahun 2019.
Adapun buktinya, pertumbuhan ekonomi Indonesia dalam 4 kuartal terakhir tercatat di atas angka 5 persen.
Pada kuartal IV-2021 pertumbuhan ekonomi nasional sukses bangkit di angka 5,02 persen.
Pertumbuhan secara tahunan terus berlanjut yakni di angka 5,01 persen (kuartal I-2022), 5,44 persen (kuartal II-2022), dan 5,72 persen (kuartal III-2022).
Sebelum Covid-19 melanda Indonesia, pertumbuhan ekonomi yakni sebesar 5,02 persen.
"Pada sisi pertumbuhan ekonomi yang tinggi di Indonesia yaitu 5 persen selama 4 kuartal, dan kuartal terakhir tahun lalu juga di atas 5 persen."
"Maka perekonomian Indonesia sudah di atas pre-pandemic di 2019," ucap Sri Mulyani, Kamis (24/11/2022).
Untuk itu, Sri Mulyani mengungkapkan, Indonesia patut bersyukur atas capaian ini.
Pasalnya, banyak negara-negara maju yang pertumbuhan ekonominya masih terbilang cukup lambat.
(Tribunnews.com/Galuh Widya Wardani/Nur Febriana Trinugraheni/Bambang Ismoyo)